REMBANG, Lingkarjateng.id – Program rehabilitasi 50 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori yang digagas langsung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah pada tahun 2019 silam, hingga kini tak kunjung ada tanda-tanda bakal segera diselesaikan. Warga pun bahkan menunggu kepastian dari pemerintah terkait rehabilitasi RTLH tersebut. Berikut ini fakta-fakta dari puluhan RTLH yang mangkrak di Rembang itu.
1. Gubernur Ganjar mengaku tak tahu RTLH mangkrak
Dilansir dari Lingkar TV, pada Rabu, 12 Juli 2023 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan bahwa dirinya belum mengetahui terkait adanya permasalahan RTLH mangkrak di Rembang.
Hal ini ia sampaikan di sela-sela kunjungannya ke salah satu rumah penerima bantuan perbaikan RTLH di Desa Kunir, Kecamatan Sulang.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Ganjar juga meminta agar penerima rehabilitasi RTLH bisa melaporkan hal ini kepada dirinya.
“Mana itu? Orangnya suruh menghubungi saya, kalau bisa hari ini. Jadi yang mana (RTLH, red) belum dibangun, kasih (datanya, red) ke saya,” kata Gubernur Ganjar.
Diketahui, pada Desember 2019 silam, Gubernur Ganjar hadir dan ikut secara langsung mengawali pembangunan dengan peletakan batu pertama, tepat di Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN).
2. Warga merasa kecewa
Sebelumnya, telah diberitakan di Lingkarjateng.id bahwa beberapa warga Desa Meteseh, selaku penerima rehabilitasi RTLH mengaku kecewa karena tak kunjung ada kepastian. Warga pun meminta Pemprov Jateng untuk menepati janjinya agar rehabilitasi RTLH segera dirampungkan.
Salah seorang warga Desa Meteseh, Arif Sunardi (46) mengaku dirinya merupakan salah satu warga yang mendapat bantuan bedah rumah pada Desember 2019 lalu. Namun selama kurang lebih 4 tahun, dirinya tidak menerima kejelasan terkait program tersebut.
“Dulu pertama kali peletakan batu pertama oleh Pak Ganjar waktu kesini. Cuma setelah itu tidak ada tindak lanjut sampai saat ini,” terangnya.
“Kalau bisa ya ditepati janjinya, jangan cuma di PHP. Dikasih janji-janji manis habis itu tidak ada kejelasan,” kata Arif.
Senada, Hasim salah satu penerima RTLH juga mengaku kecewa, padahal sebelumnya rumahnya sudah didatangi tim survei.
“Ya kecewa, karena sudah dijanjikan sampai sekarang belum terealisasi. Semoga kalau ada program seperti ini (bedah rumah) bisa dapat lagi,” kata Hasim (48).
Dalam program tersebut, masing-masing rumah warga mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 15 juta, dari total anggaran yang dikucurkan mencapai Rp 750 juta. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)