Festival Ngopi Gedhen Rembang Kenalkan Seni Membatik di Rokok

MEMBATIK: Peserta festival Ngopi Gedhen, Sulistyo Hartono menunjukan kelihaiannya membatik di atas rokok menggunakan ampas kopi lelet pada Kamis, 25 Agustus 2022. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

MEMBATIK: Peserta festival Ngopi Gedhen, Sulistyo Hartono menunjukan kelihaiannya membatik di atas rokok menggunakan ampas kopi lelet pada Kamis, 25 Agustus 2022. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Puluhan seniman gambar mengikuti lomba membatik di batang rokok menggunakan ampas kopi jenis lelet (Nglelet) khas Rembang dalam festival Ngopi Gedhen di halaman Rumah BUMN Rembang pada Kamis, 25 Agustus 2022. Festival itu diselenggarakan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 Rumah BUMN (RB) Rembang PT Semen Gresik (PTSG).

Lomba nglelet itu juga diikuti oleh dua peserta perwakilan dari kelompok disabilitas Rembang. Salah satunya Sulistyo Hartono dari Desa Gunem. Ia mengaku baru pertama kali mengikuti perlombaan nglelet.

Untuk melukis di batang rokok, Sulistyo menggunakan alat bantu dari kayu yang berbentuk tabung sebagai alat pegangan batang rokok. Meskipun memiliki keterbatasan, ia tampak lihai menggoreskan ampas kopi lelet membentuk pola lukisan sedikit demi sedikit. Apalagi, ia memang punya keahlian membatik yang ditekuni sejak di bangku sekolah kejuruan.

Dalam perlombaan ini, ia melukis empat batang rokok yang diselesaikan kurang dari satu jam tiga puluh menit sesuai waktu yang diberikan oleh panitia.

“Kesulitan dari kendala individu, karena saya disabilitas. Maka membutuhkan alat bantu kayu ini. Dasarnya saya dari membatik, diterapkan di sini (batang rokok) juga bisa,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua panitia festival Ngopi Gedhen, Vara Damayanti menyebutkan ada 30 peserta yang mengikuti perlombaan nglelet. Masing-masing peserta diwajibkan menggambar rokok menggunakan ampas kopi lelet sesuai dengan ketentuan panitia.

“Yang dinilai ada tiga batang rokok yang digambar sesuai kriteria. Jadi satu temanya bebas, kedua temanya HUT ke-2 RB, yang ketiga UMKM kokoh. Kenapa UMKM kokoh, karena hasil dari binaan rumah BUMN itu UMKM yang kokoh untuk usahanya,” bebernya.

Alasan dipilihnya nglelet sebagai perlombaan, kata dia, karena seni membatik pada batang rokok telah menjadi kebiasaan yang hidup sejak tempo dulu di Rembang utamanya Lasem. Sehingga kultur tersebut harus dilestarikan sebagai identitas Kota Garam.

“Kopi lelet sebagai kebanggan Kota Rembang ini bisa lebih dikenal sebagai kopi yang patut untuk dibanggakan dengan kekhasan budayanya. Jika dilihat secara ekonomi juga sudah terbukti dengan tumbuhnya pelaku usaha kopi dan minat generasi muda untuk meneruskan budaya ngelelet pada rokok,” pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Koran Lingkar)

Exit mobile version