SEMARANG, Lingkarjateng.id – Sejumlah warga Kelurahan Pedurungan Lor, Kota Semarang mengeluhkan pemukiman mereka yang kerap menjadi langganan banjir. Namun, luapan air tersebut bukan datang karena fenomena alam. Melainkan karena pihak Newton Boulevard Residence menutup saluran air warga.
Tim Pengendali Banjir Pedurungan Lor, Eko Riyanto meminta pihak Newton Boulevard Residence segera membuka saluran air warga. Pasalnya, jika hal itu tidak dilakukan maka diprediksi wilayah tersebut akan mengalami banjir berkepanjangan.
Ia menyebut, penutupan saluran air hingga sepanjang 200 meter dari perumahan taman Majapahit menuju bundaran Al-Furqon pedurungan Lor itulah yang selama ini menjadi penyebab permasalahan masyarakat. Meski tidak terlalu tinggi, namun banjir mengganggu aktivitas warga dan pejalan kaki.
“Karena yang lain salurannya terbuka, hanya dari Newton dari Grand Flamboyan sampai bundaran Al-Furqon itu tertutup semua,” ucapnya.
Lebih lanjut, Eko mengungkap bahwa, hanya pihak Newton Boulevard Residence saja yang saat ini berani membuat kebijakan tak masuk akal tersebut. Sementara perumahan lainnya tak menutup saluran air.
“Hanya pihak Newton saja,” terangnya kembali.
Selain banjir, penutupan saluran air juga berimbas pada rusaknya jalan di sekitar kelurahan. Eko menegaskan, pembangunan jalan secara terus-menerus, menurutnya tak akan memperbaiki masalah, apalagi banjir kerap kali datang.
“Jalan sepanjang apapun diperbaiki akan rusak terus. Jalan ini diaspal namun rusak karena airnya malah dari sungai dari saluran keluar ke jalan dan lebih parah,” terangnya.
Sementara, Ketua RW 10 Tamansari Pedurungan Lor, Tri Sulistyanto mengungkapkan, tuntutan warga hanyalah soal wilayah yang mereka duduki agar tidak mengalami banjir dan saluran air bisa berjalan lancar.
Ia membeberkan, pihaknya sudah bekerjasama dengan pihak DPU Kota Semarang untuk membersihkan saluran air. Namun terkendala dengan pondasi yang menutup di atasnya.
Terkait permasalahan tersebut, kuasa hukum Peradi (Perhimpunan Advokat Indonesia) dari Newton Boulevard Residence, Aryas Adi Saputra mengaku tidak terima jika pihak Newton dituduh sebagai penyebab banjir di wilayah tersebut.
“Kita tidak terima disebut sebagai penyebab banjir. Sebelum kita bangun perumahan pada tahun 2018, wilayah sini sudah banjir. Kita ada buktinya,” ungkapnya.
Ia meminta, permasalahan tersebut untuk di kaji ulang. Sehingga tidak menyalahkan sepihak. Ia membeberkan proses pembangunan sudah sesuai dengan Peraturan Walikota (Perwal) yang berlaku.
“Perlu diketahui Newton membangun perumahan sudah berdasar hukum yang ada dan kuat. Mulai dari KRK, IMB, UPL, dan UKL. Apalagi yang mau dipersoalkan? Proses hukum telah kita lalui. Kami dari Newton merasa keberatan jika masalah ini disalahkan ke kami,” terangnya.
Bahkan ia menyebut, permasalahan banjir di Kota Semarang sudah menjadi langganan di setiap daerah. Kemudian terkait tuntutan warga untuk segera normalisasi saluran dengan membuka pondasi, ia mengaku tak mempermasalahkan.
“Kalau bongkar saluran, demi kepentingan bersama kita gak masalah,” tandasnya.
Sementara Kepala Satpol PP Fajar Purwoto mengatakan, minggu depan pihaknya akan melakukan audiensi terhadap semua pihak yang terlibat dalam permasalahan tersebut.
Fajar juga meminta pihak dari dewan agar permasalahan tersebut ditembuskan ke Walikota Semarang. Lebih lanjut, menurutnya, permasalahan ini sebenarnya sudah lama hampir tiga tahun lamanya, hanya saja tidak ada tindak lanjut dari Pemerintah Kota.
Menanggapi permasalahan banjir di Kelurahan Pedurungan Lor, Kecamatan Semarang Timur, Komisi A DPRD Semarang, Mei Janna Kuswara meminta pemerintah untuk menanggapi permasalahan tersebut secara tegas.
“Semua ini kan sudah ditata oleh Pemkot Semarang, walaupun fasum pansosnya belum diserahkan. Namun saya tertarik dengan ini sejauh mana aturan sudah ditata, baik Perwal yang terbaru dan seterusnya. Sehingga solusinya kemarin saya minta Pemkot lebih tegas terkait dengan permasalahan yang ada,” tegasnya.
Dirinya mengaku, bakal mengawal permasalahan tersebut untuk ditemukan solusi terkait saluran yang menyebabkan banjir di wilayah tersebut. Bahkan, ia mengutarakan permasalahan itu lantaran saluran air lebih tinggi dibanding dengan elevasi jalan, sehingga ketika hujan air bukanya masuk ke saluran, tetapi dari saluran masuk ke jalan.
“Kenapa sudah tahu banjir, tapi pembangunannya tidak mendukung infrastruktur yang baik,” ungkapnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)