PATI, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati mengusulkan pengadaan 1.497 alat ukur bayi (antropometri) atau senilai anggaran Rp 14 miliar. Rencananya alat ukur tersebut akan di-drop di tiap-tiap posyandu melalui puskesmas.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Pati Etty Irianingrum mengatakan bahwa alat ukur bayi harus sesuai standar agar penanganan stunting pada balita bisa diintervensi lebih cepat. Sedangkan setelah melalui penelitian dan survei alat ukur bayi yang sebelumnya sudah tidak sesuai standar. Akhirnya Kementerian Kesehatan RI menginstruksikan untuk memperbarui alat ukur tersebut.
“Alat yang standar itu ‘kan sensifitasnya berbeda. Bisa saja yang seharusnya tidak stunting, tapi kalau alatnya tak standar dinyatakan stunting. Jadi bisa kecolongan,” ujarnya, pada Senin, 19 Juni 2023.
Dukung Program Ayo Berdenting, Pj Bupati Pati Targetkan Zero Stunting
Terkait pengadaan alat ukur bayi, Etty menyebut sebelumnya sudah ada dropping secara bertahap. Alat tersebut nantinya sebagai fasilitasi di setiap posyandu sebagai upaya intervensi untuk penurunan kasus stunting.
“Tahun ini ada pengadaan alat ukur stunting sebanyak 1.497 unit. Sebelumnya sudah ada dropping bertahap, 24 dan 40 unit. Jadi tiap posyandu melalui puskesmas nanti dapat semua,” ungkapnya.
Saat ini proses pengadaan alat ukur bayi itu sudah di tahap persentasi dari penyedia. Rencananya alat ukur balita itu terdiri dari timbangan, alat ukur lingkar kepala dan lingkar lengan dengan perkiraan anggaran Rp 9 jutaan per paket.
“Anggarannya kalau tahun ini satu paket Rp 9 jutaan. Total anggarannya Rp 14 miliar. Tahapannya terakhir sudah presentasi dari penyedia,” terangnya.
Etty melanjutkan bahwa penimbangan serentak menggunakan alat ukur itu sebenarnya hanya langkah awal untuk deteksi dini stunting. Dari pemeriksaan dini itu ada pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis anak.
“Yang ramai itu kan prevalensi atau deteksi dini stunting. Padahal ada pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis. Nanti dokter yang menyatakan bahwa anak ini stunting,” imbuhnya.
Deteksi Dini Balita Stunting, Pemkab Pati akan Buat Aplikasi Basuh Stupa
Salah satu indikasi seorang balita dikatakan stunting itu bisa dilihat dari kondisi fisiknya. Misalnya tinggi badan balita. Misalnya, pada bayi laki-laki panjang normalnya 47 centimeter sementara saat diukur hanya 45 cm maka perlu pemeriksaan lanjutan.
“Jika panjangnya tak normal ini ada warning (indikasi stunting). Nanti akan dikelompokkan. Kemudian dikawal dan diperiksa dokter. Tapi yang harus diingat, semua anak stunting ini pendek tapi pendek juga belum tentu stunting,” jelasnya.
Pihaknya menambahkan bahwa selama ini penanganan telah menjadi fokus utama pemerintah, sebab kasus stunting memiliki dampak yang panjang jika tidak tertangani dengan tepat.
“Jadi stunting ini jangka panjang dampaknya. Kalau anak dengan indikasi stunting tak tertangani (lebih dari usia 2 tahun) maka mengganggu perkembangan otak. Ketika dewasa berpotensi terkena serangan jantung dan penyakit tak menular lainnya,” tandasnya. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Koran Lingkar)