Angka Pernikahan Dini di Blora Tinggi, Ini Kata Wabup

BERKUNJUNG: Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati mendampingi BKKBN saat menghadiri acara penanganan stunting, beberapa waktu lalu. (Lilik Yuliantoro/Lingkarjateng.id)

BERKUNJUNG: Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati mendampingi BKKBN saat menghadiri acara penanganan stunting, beberapa waktu lalu. (Lilik Yuliantoro/Lingkarjateng.id)

BLORA, Lingkarjateng.id Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati menekankan pentingnya sinergitas multi-stakeholder dalam mencegah dan menekan angka pernikahan anak di Blora.

“Yang dimaksud pernikahan anak adalah pernikahan usia di bawah 19 tahun. Yang mana telah diatur dalam UU Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan. Kita perlu pahamkan ini ke masyarakat luas, ini menjadi PR kita bersama. Berbagai pihak harus bersama-sama sesarengan mencegah dan menangani pernikahan bawah umur,” ucap Wabub Tri Yuli Setyowati, Selasa (17/05).

Menurutnya, banyak faktor yang mempengaruhi pernikahan anak. Seperti kondisi ekonomi keluarga, lingkungan sosial utamanya di pedesaan, kualitas pendidikan orang tua, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi, hingga pola pengasuhan yang primitif.

“Yang bahaya karena MBA (Married By Accident, Red) atau hamil sebelum nikah. Jika ini dibiarkan, dampaknya bisa berbahaya,” terangnya.

Ikuti Healthy Cities Summit Indonesia 2022, Wakil Bupati Blora Berharap Pandemi Segera Berakhir

Selain itu, banyak pula dampak yang diakibatkan jika pernikahan anak kerap terjadi. Ia menyebutkan, angka perceraian yang tinggi hingga resiko kesehatan dapat menghantui para pelaku pernikahan di usia belum matang tersebut.

“Beberapa diantaranya yakni, angka perceraian meningkat karena secara ekonomi dan psikis belum siap mempunyai anak, sang ibu yang belum matang fisiknya rentan terkena kanker mulut rahim, hingga bayi yang dilahirkan bisa cacat dan stunting karena perkembangan janin tidak maksimal pada rahim muda. Oleh sebab itu, melalui acara yang baik ini mari kita bersama- sama belajar untuk mengajak masyarakat di sekitar kita, teman kita untuk memahami bahayanya nikah dini. Ojo kawin bocah,” bebernya.

Lebih lanjut, Tri Yuli Setyowati menyampaikan, tingginya angka pernikahan anak di Blora ini akan sangat berbahaya bagi masa depan generasi muda Blora nantinya.

Pemkab Blora Gerak Cepat Perjuangkan DBH Migas

“Mulai dari pimpinan daerahnya, Dinas Kesehatan, Dinas Dalduk KB, Dinas Sosial P3A, PKK, Kemenag, hingga berbagai organisasi seperti Muslimat, Fatayat, Aisyiyah. Kemudian Pramuka, Forum Anak, Forum Genre, Osis dan lain-lain. Harus berjalan bersama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya pernikahan anak,” ungkapnya.

Tri Yuli Setyowati juga mengapresiasi atas keaktifan Forum Anak, Forum OSIS serta Forum GenRe yang ada di Kabupaten Blora. Dirinya berharap kepada generasi muda agar bisa ikut berpartisipasi menekan potensi pernikahan anak di daerah mereka.

“Apalagi GenRe sudah terbentuk hingga tingkat kecamatan, yang diharapkan bisa memberikan edukasi kepada teman sebaya bersama PIK-R di tingkat desa. Biasanya kalau yang ngomongin itu orang tua pada takut, mereka juga takut cerita kepada orang tua. Namun ketika yang menasehati teman sebaya, biasanya remaja ini akan terbuka. Maka celah inilah yang harus bisa kita maksimalkan,” jelasnya. (Lingkar Network | Lilik Yuliantoro – Koran Lingkar)

Exit mobile version