PATI, Lingkarjateng.id – Keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) diharapkan menjadi garda terdepan dalam menangani masalah sektor pertanian di Kabupaten Pati. Oleh karena itu iklim komunikasi antara petani, PPL, dan Dinas Pertanian harus dijaga dengan baik.
“Tentunya kita harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dan saya yakin bersama teman-teman PPLini adalah garda terdepan kita semua yang tersebar di 21 kecamatan,” ujar Penjabat (Pj) Bupati Pati, Henggar Budi Anggoro, saat menghadiri halal bihalal di lingkungan Dinas Pertanian Kabupaten Pati, pada Selasa, 9 Mei 2023.
Menurut Pj Bupati Pati Henggar, kegiatan halal bihalal akan menjadikan sebuah iklim komunikasi yang semula sudah baik menjadi lebih baik lagi. Sehingga permasalahan-permasalahan yang ada nantinya akan mudah dituntaskan seiring dengan terjalinnya sebuah komunikasi baru.
DPRD Pati Teguh Bandang Waluyo Minta PPL Sigap Akomodir Keluhan Petani
Selain itu kehadiran PPL ini juga turut menjadikan sebuah kekuatan untuk berinteraksi dengan para petani dan juga peternak yang ada di Kabupaten Pati.
“Tentunya ini menjadikan sebuah tambahan tugas yang sangat berarti bagi kita semua. Kita harus mampu berkomunikasi dengan para petani,” tegasnya.
Sebelumnya, masalah tugas dan fungsi PPL juga sempat disinggung oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati, Teguh Bandang Waluyo. Pasalnya, ia mengaku banyak mendapat keluhan masyarakat terkait sektor pertanian.
Pastikan dapat Jatah Pupuk Subsidi, Pj Bupati Pati Minta Warga Perhatikan Regulasi
Dirinya menyebut, PPL harus mampu mengakomodir keluhan para petani mulai dari kelangkaan dan mahalnya harga pupuk, rendahnya harga jual gabah hingga rendahnya minat petani untuk mengikuti program asuransi petani.
“PPL itu masih bisa (mengakomodir kebutuhan petani) atau tidak. Kalau bisa ya bisa, kalau tidak ya tidak,” ujarnya.
Menurut wakil rakyat asal Kecamatan Tayu ini, masalah pertanian cukup serius mendapat perhatian dari DPRD Pati lantaran musibah banjir yang membuat ribuan hektare sawah di bantaran Sungai Silugonggo tidak produktif untuk ditanami. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)