PATI, Lingkarjateng.id – Kasus stunting di Kabupaten Pati mengalami kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pati Muhtar mengatakan bahwa data tersebut berasal dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) serta Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM).
“Secara keseluruhan angka stunting di Kabupaten Pati masih tinggi. Angkanya persentasenya 6,10 persen dari total balita 70.150 di tahun 2021,” ungkap Muhtar, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pada tahun 2018, kasus stunting menyentuh angka 4.308 dari 76.116 balita. Namun, mengalami penurunan tren pada tahun 2019 dengan kasus stunting sebanyak 3.134 balita dari 74.599.
Akan tetapi, lanjut Muhtar, tren tersebut semakin memburuk. Berdasarkan catatan yang ada, pada tahun 2020 ada sebanyak 3.997 balita yang teridentifikasi stunting dari total 70.388 balita. Sedangkan, pada 2021 tercatat 4.281 balita terkonfirmasi stunting dari 70.150 balita.
Sementara, dikatakan oleh Muhtar, pada tahun 2022 masih dalam tahap perhitungan oleh dinas terkait.
Melihat kondisi tersebut, Muhtar mengaku terus menggalakkan upaya penurunan stunting di Pati.
Ia bahkan mengatakan, di tahun depan sudah ada sejumlah desa yang akan diprogram sebagai tempat penurunan stunting.
“Jadi misal untuk prioritas penanganan stunting pada 2022 ini sudah ditetapkan di awal atau pertengahan 2021. Tahun ini (2022, red) ada 18 desa lokasi fokus (lokus). Lalu, pada 2023 terdapat 24 desa,” jelasnya. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)
Grafis Angka Stunting di Kabupaten Pati
- Tahun 2019 = 3.134 balita*
- Tahun 2020 = 3.997 balita*
- Tahun 2021 = 4.281 balita*
- Tahun 2022 = Masih Tahap Perhitungan
*Teridentifikasi stunting.