REMBANG, Lingkarjateng.id – Tahun ini menjadi momen spesial bagi pasangan suami istri (pasutri) dari Desa Banyudono, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Pasalnya, pasutri asal Rembang Jimin dan Ngatini tidak lama lagi mewujudkan impian mereka untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni berangkat haji ke tanah suci, setelah penantian yang cukup lama.
Jimin menceritakan, dahulu awalnya dirinya mendaftar haji pada bulan Desember tahun 2011, lalu. Keinginan naik haji muncul ketika dirinya sering diminta melantunkan azan pada acara doa bersama di rumah orang yang hendak berangkat haji.
Dirinya selalu meneteskan air mata ketika membayangkan berada pada posisi orang yang akan berangkat haji. Kemudian pada tahun berikutnya, dengan modal uang hasil jualan 2 ekor sapi miliknya, dirinya membulatkan tekad untuk mendaftar haji.
“Saya kan sering diundang orang yang akan berangkat haji. Saya disuruh azan. Belum selesai azan itu saya sering menangis, karena sangat ingin berangkat haji. Saya punya niat haji, padahal modalnya hanya 2 ekor lembu,” ungkapnya.
Awalnya hanya Jimin yang mendaftar haji, sebab uang yang dimiliki hanya cukup untuk satu orang. Namun, ia merasa iba pada sang istri yang juga ingin berangkat haji. Beruntung, salah seorang saudaranya mau memberikan uang supaya istrinya juga bisa ikut mendaftar haji dan ikut berangkat bersama Jimin.
Sehari-hari Jimin bekerja sebagai perangkat desa. Untuk menambah pemasukan, dirinya juga beternak beberapa sapi. Setiap anakan sapi yang sudah besar akan ia jual. Dari sana, Jimin bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 3 juta.
“Ternak sapi itu kalau saya beli yang kurus-kurus, dua ekor terus saya gemukkan selama 2 bulan, itu saya sudah untung Rp 3 juta untuk 2 ekor lembu. Kemudian saya beli sapi lagi dan begitu seterusnya,” tuturnya bercerita.
Karena merasa tabungan belum cukup untuk berangkat haji dua orang, ia biasanya juga menggarap lahan pertanian milik orang. Sementara istrinya setiap hari berjualan nasi di warung samping rumahnya.
“Memang kami berasal dari orang yang tidak punya. Karena sangat kepingin berangkat haji, jadi harus kerja keras. Namanya orang tidak punya, tapi kepingin bisa, ya ketika ada ladang tidak digarap, maka saya minta izin untuk menggarapnya,” bebernya.
Usaha dan perjuangan Jimin tidaklah sia-sia. Setelah menanti 11 tahun lamanya, akhirnya dirinya bisa berangkat bersama sang istri.
Impian terasa kian nyata, ketika informasi keberangkatan haji diumumkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Rembang. Seperti diketahui, sebelumnya keberangkatan haji sempat tertunda karena pandemi Covid-19.
“Senang sekali rasanya, setelah mendapat informasi keberangkatan. Kami langsung cari-cari bekal untuk dibawa ke sana (Mekah),” pungkasnya semringah. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)