BATANG, Lingkarjateng.id – Kondisi jalan rusak di wilayah atas kembali menjadi sorotan dalam agenda Sambang Desa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang yang digelar di Alun-alun Bawang, Kecamatan Bawang, Senin, 8 Desember 2025. Salah satu keluhan utama warga adalah kerusakan pada ruas Jalan Bawang–Pranten yang menjadi akses vital bagi aktivitas harian maupun pariwisata.
Bupati Batang, M. Faiz Kurniawan, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mempercepat penanganan infrastruktur, terutama jalur strategis yang menghubungkan pusat ekonomi dan kawasan wisata.
“Bahwa sejumlah proyek jalan strategis telah mendapatkan dukungan anggaran dari pemerintah pusat. Untuk Pantura, Insyaallah Desember minggu ketiga sudah lelang, sekitar 17 kilometer dengan anggaran Rp250 miliar. Di Banyuputih menuju Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) juga sudah dibantu Rp18 miliar,” jelasnya.
Faiz menambahkan, pembangunan akses Banyuputih–Limpung juga mendapat dukungan pendanaan sebesar Rp7 miliar. Untuk wilayah atas, Pemkab Batang memprioritaskan penyelesaian ruas Bandar–Gerlang yang kini tinggal sekitar 4 kilometer dan ditargetkan rampung tahun depan.
Ia memastikan bahwa jalan menuju Pranten masuk dalam daftar prioritas berikutnya.
“Usulan Jalan Pranten sudah kami catat. Mudah-mudahan tahun depan di perubahan atau di 2027 bisa masuk. Ini penting karena wilayah Pranten dan Gerlang adalah akses menuju pariwisata,” harapnya.
Selain kerusakan jalan, warga juga menyoroti minimnya Penerangan Jalan Umum (PJU) di kawasan atas. Menanggapi hal itu, Faiz menyatakan pemerintah telah menyiapkan program pemasangan ribuan PJU.
“Insyaallah nanti tahun 2027 sekitar bulan Maret, hampir 11.000 lampu kita pasang di Kabupaten Batang,” ungkapnya.
Aspirasi warga disampaikan langsung oleh Mustakim, perwakilan warga Pranten, yang menekankan kondisi memprihatinkan ruas Bawang–Pranten sepanjang sekitar 6 kilometer.
“Selama ini jalur dari Bawang ke Pranten sangat memprihatinkan. Kami mohon perhatian dari Bapak Bupati dan dinas terkait. Supaya ke depan bisa diperbaiki sehingga masyarakat bisa merasakan infrastruktur yang lebih layak,” terangnya.
Mustakim yang setiap hari melintasi jalur tersebut menilai upaya perbaikan tidak sebanding dengan panjang kerusakan.
“Kadang-kadang tiga tahun sekali dapat perbaikan hanya 200–300 meter. Dengan panjang 6 kilometer, butuh waktu sangat lama bagi masyarakat untuk menikmati jalan yang layak,” ujarnya.
Sumber: Humas Pemkab Batang
Editor: Rosyid

































