KARANGANYAR, Lingkarjateng.id – Penutupan Dam Colo yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) Kementerian PUPR berpotensi membuat puso ribuan hektar tanaman padi di wilayah Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen.
Ketua (P3A) Dam Colo Timur, Sarjanto mengatakan, penutupan Dam Colo telah dilakukan BBWSBS pada tanggal 11 Oktober lalu.
Sementara pada saat penutupan tersebut petani di Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen tengah menjalani masa tanam 3 sampai 1 hingga 1,5 bulan.
“Kalau tidak hujan, maka berpotensi padi yang ditanam petani jadi puso karena tidak ada pasokan air dari Dam Colo,” kata Sarjanto saat dihubungi, Kamis (14/10/21).
Disampaikan Sarjanto, saat ini potensi puso yang terjadi di Sukoharjo akibat tidak adanya pasokan air dari Dam Colo mencapai 3000 hektar. Kemudian Karanganyar 1900 hektar dan Sragen juga 3000 hektar.
“Namun saat ini untuk Sragen tengah dan hilir sudah mulai panen. Bagian Sragen hulu ini yang terancam puso karena baru memasuki pertengahan masa tanam,” kata Sarjanto.
Diakui Sarjanto, pihaknya sudah mengirim surat ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo agar membantu persoalan penutupan Dam Colo tersebut.
Namun gubernur menyerahkan persoalan tersebut kepada DPU provinsi Jawa Tengah yang kemudian menanyakan hal tersebut ke BBWSBS.
“Namun dijawab seperti itu, Dam Colo akan ditutup untuk dilakukan perbaikan saluran,” terang Sarjanto.
Sarjanto mengaku tidak mengerti dengan perbaikan saluran irigasi Dam Colo Timur yang menjadi alasan dilakukan penutupan Dam Colo.
Mestinya perbaikan saluran Dam Colo Timur tidak harus dengan melakukan penutupan, tapi menggunakan teknologi karena memang teknologinya sudah ada.
Lebih lanjut Sarjanto mengatakan, tidak ada lagi yang bisa diperbuat petani terkait penutupan saluran Dam Colo ini.
”Tapi nanti kalau terjadi panenan puso saya akan ekspose besar-besaran,” kata Sarjanto. (Lingkar News Network | Koran Lingkar Jateng)