SEMARANG, Lingkarjateng.id – Calon Bupati Semarang pada Pilkada 2024, Ngesti Nugraha, menyatakan dukungannya untuk pengembangan desa wisata (deswita) unggulan di Desa Samirono, Kecamatan Getasan.
Hal itu disampaikan Ngesti saat menghadiri Samirono Fest 2024 yang digelar pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Menurutnya, dari 75 desa wisata di Kabupaten Semarang, Desa Samirono menjadi salah satu deswita yang terus berkembang setelah pandemi Covid-19.
“Bahkan hari ini kunjungan SMA dari Jakarta sebanyak 250 orang sengaja datang untuk melihat potensi yang ada di Samirono. Itu menunjukkan bahwa Desa Samirono diminati. Karena selain potensi unggulannya di bidang energi, juga kekayaan alamnya sangat bagus,” kata Ngesti.
Ngesti menilai, keberhasilan Desa Samirono dalam menarik pengunjung tersebut berkat inovasi dalam mengkolaborasikan potensi alam, pemanfaatan limbah, serta kekayaan di bidang pertanian.
“Agro buah-buahan yang dikembangkan pasti akan semakin menarik kunjungan wisatawan. Mereka bisa memetik sendiri durian, jeruk, atau mangga. Ini didukung cuaca yang sejuk khas pegunungan. Oleh sebab itu, saya sangat berharap Desa Samirono ini bisa semakin dikembangkan untuk deswitanya, sehingga bisa memajukan perekonomian warga masyarakat di sini,” tukasnya.
Kepala Desa Samirono, Slamet Juriono, mengatakan bahwa Samirono Fest 2024 digelar bertujuan untuk semakin mengenalkan berbagai potensi wisata yang dimiliki desa setempat.
“Karena selain menampilkan berbagai produk UMKM yang ada di Desa Samirono, juga ada seni tradisi yang dipertunjukkan, termasuk potensi-potensi lainnya. Dengan demikian, seluruh potensi dari berbagai sektor bisa dimaksimalkan di kegiatan ini untuk dikenalkan ke masyarakat luas,” paparnya.
Ia menjelaskan bahwa desanya memiliki banyak potensi-potensi unggulan yang terus dikembangkan demi memajukan label deswita unggulan yang ada di wilayah Kabupaten Semarang.
“Selain potensi-potensi wisata yang banyak unggulannya, juga ada biogas yang juga kerap didatangi wisatawan yang ingin belajar langsung membuat biogas,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa sebanyak 135 rumah warga di desa setempat telah memanfaatkan biogas untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Jadi memang kami sudah meninggalkan gas elpiji lama sekali, karena hampir seluruh warga di Desa Samirono ini beralih ke biogas untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-harinya,” bebernya.
Ia mengungkapkan bahwa biogas di rumah-rumah warga di Desa Samirono tersebut berasal dari kotoran hewan (kohe) ternak di sekitar desa setempat. Para warga yang bekerja sebagai peternak sapi, kambing, ayam, hingga babi, memanfaatkan kohe sebagai biogas untuk kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga di Desa Samirono.
Selain biogas yang menjadi wisata unggulan ilmiah di Desa Samirono, para wisatawan juga dapat berwisata sekaligus belajar cara pengolahan susu menjadi banyak produk.
“Karena di sini juga banyak wisata-wisata yang menunjukkan berbagai cara pengolahan susu, kemudian juga ada wisata agro, dan juga pemanfaatan sampah,” jelas Slamet. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)