Warga Syukuran Pembangunan Jalan Dukuh Wonokerto Pati Usai Puluhan Tahun Rusak

PATI, Lingkarjateng.id – Usai diberitakan Lingkar, akhirnya jalan desa yang berpuluh-puluh tahun rusak dan tak tersentuh pembangunan akhirnya dibangun pemerintah desa. Sebagai wujud rasa syukur, warga Dukuh Wonokerto, Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati menggelar doa bersama sekaligus syukuran atas dibangunnya jalan sepanjang 1 km tersebut, pada Sabtu, 23 September 2023.

Dalam kesempatan itu, warga berbondong-bondong membawa makanan, baik berupa nasi, sayur dan lauk pauk, hingga jajanan pasar. Kemudian, didoakan serta dimakan bersama-sama.

Koordinator Acara, Ahmad Ridwan mengaku bersyukur atas pembangunan jalan di Dukuh Wonokerto, Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati.

Puluhan Tahun Tak Tersentuh Pembangunan, Emak-Emak Tambal Jalan Dukuh Wonokerto Pati

Ia mengatakan, perbaikan berupa pengecoran dilakukan dua jalur, yakni di sisi kanan dan kiri setinggi 10 sentimeter. Sementara sisi tengah dan bahu jalan belum tersentuh. Hal ini, menurutnya cukup mengkhawatirkan pengguna jalan.

Menurutnya, pengguna kendaraan roda dua harus berhati hati saat melewati jalan itu. Sebab sering kali pengguna roda dua memilih melintas di bahu jalan. Sementara, pengguna roda empat belum bisa melintas di jalan itu.

“Ini syukuran walau kecil-kecilan. Harapannya, ke depan bisa di-cor full,” ucapnya.

Dinilai Rusak Lingkungan, DLH Pati Tegur Pemilik Galian C di Pasucen

Salah satu warga, Suweni juga menyampaikan rasa senangnya karena jalan di Dukuh Wonokerto telah diperbaiki. Menurutnya, jalan itu sebelumnya ketika kemarau berdebu parah, sementara ketika musim penghujan cukup licin.

“Alhamdulillah, setelah sekian lama jalan ini berpuluh-puluh tahun enggak pernah disentuh pembangunan akhirnya diperbaiki,” katanya.

Pihaknya berharap jalan tersebut dapat diratakan, lantaran sisi tengah dan bahu jalan cukup rendah. Menurutnya, jika jalan telah rata dan sama ketinggiannya, masyarakat lebih mudah melintas, baik pengguna roda dua maupun roda empat.

Sebelumnya, kondisi jalan yang terdapat di Dukuh Wonokerto RT 07 RW 07 Desa Pasucen ini menjadi sorotan karena sangat memprihatinkan. Hal ini akhirnya membuat geram puluhan emak-emak yang nekat melakukan aksi menambal jalan sepanjang tiga meter pada Sabtu, 12 Agustus 2023 lalu.

Bermodal alat seadanya dan bahan hasil iuran warga, puluhan emak-emak Dukuh Wonokerto kompak menambal jalan rusak. Mulai dari mengaduk semen hingga menambal semampu mereka.

Aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap Pemerintah Desa (Pemdes) Pasucen, lantaran jalan itu tidak pernah tersentuh pembangunan sama sekali. Bahkan sudah puluhan tahun semenjak jalan itu dibuka untuk akses warga sekitar.

“Berangkat dari keresahan warga sekitar sini, hari ini para emak berinisiatif gotong royong, satu atau dua meter untuk membangun jalan sini, karena jalan ini memang tidak pernah dibangun. Ini tidak rusak. Kondisinya jelak karena memang tidak pernah dibangun,” tegas warga, Ahmad Ridwan.

Salah satu emak yang ikut tambal jalan berinisial SM (50) juga mengemukakan hal yang sama. Bahwa jalan sepanjang satu kilometer ini tidak pernah ada pembangunan. Padahal jalan tersebut berada di tengah-tengah pemukiman penduduk.

Menurutnya, usulan atau aspirasi sudah sering mereka sampaikan. Namun selama ini dari Pemdes tidak pernah mengakomodir. Bahkan jawabannya cenderung mengecewakan. Menurut Pemdes, percuma jika jalan diperbaiki karena akan segera rusak lagi karena dilewati truk tambang.

“Soalnya dari dulu sampai sekarang Pemerintah Desa hanya iya-iya saja. Padahal usulan yang kami sampaikan sudah berkali-kali. Kondisi jalan ini tidak ada yang mau memperhatikan,” imbuhnya.

Sementara itu, ketika dimintai keterangan, Kepala Desa Pasucen Wiwik Hadiyanto menyebut, jika kerusakan jalan di sana karena adanya aktivitas tambang galian C. Ia berpendapat, seharusnya pihak tambang bisa mengatasi masalah lingkungannya sebagai efek domino pertambangan.

“Urusan sanalah (tambang), jadi kalau ada gangguan lingkungan nanti diatasi. Karena seharusnya yang operator itu memang harus punya kepedulian untuk menyirami biar tidak berdebu,” ungkap Kades Pasucen kala itu. (Lingkar Network | Miftahus Salam – Koran Lingkar)

Exit mobile version