Santri di Pati Diingatkan untuk Terapkan Etika Politik ala Imam Ghazali

Santri di Pati Diingatkan untuk Terapkan Etika Politik ala Imam Ghazali

SAMBUTAN: Ketua RMI PCNU Kabupaten Pati KH. Liwa Uddin dalam Dialog Kebangsaan dengan tema “Etika Santri Berpolitik Ala Imam Ghazali” di Kantor PCNU Kabupaten Pati. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati KH. Liwa Uddin mengingatkan kepada para santri, pengurus pondok pesantren (ponpes), dan politikus harus bisa menerapkan etika santri dalam berpolitik. Di mana, etika dalam berpolitik harus berpedoman pada apa yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan diteruskan oleh para ulama, khususnya Imam Ghazali.

“Ini penting untuk memberikan pengetahuan, mengingatkan kembali para santri, baik pengasuh pesantren maupun peserta pemilu. Nantinya bisa melakukan etika-etika yang baik yang tidak melanggar agama. Ini menjadi penting karena kita kaitkan dengan politik yang berkaitan dengan politik kenabian, kemudian yang berhubungan dengan pemerintah atau penguasa,” tutur Gus Liwa sapaan akrabnya, dalam Dialog Kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) dengan tema “Etika Santri Berpolitik Ala Imam Ghazali” di Kantor PCNU Kabupaten Pati, baru-baru ini.

Sementara itu, Rois Syuriah PCNU Kabupaten Pati KH. M. Aniq Muhammadun menyampaikan, politik bagi santri merupakan kewajiban yang harus diketahui seperti halnya yang sudah diajarkan oleh seorang imam besar, filsuf, dan juga teolog muslim asal Persia yakni Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi An Naysaburi (Imam Ghazali).

Ia menegaskan, santri harus mengetahui seluk-beluk dunia politik dan ikut berpolitik tentunya dengan cara-cara yang baik.

“Jadi santri harus tahu politik dan harus berpolitik, karena santri jika tidak berpolitik, dipolitiki orang, dibohongi. Disuruh dorong mogok, kalau sudah berjalan ditinggal pergi. Jadi kita harus tahu politik dan berpolitik tapi berpolitiklah ala santri artinya dengan cara-cara yang baik,” ujar H. M. Aniq Muhammadun.

Politik, kata dia, dapat diibaratkan sebagai media dalam mencapai suatu tujuan.

“Dan kaitannya dengan tahun politik ini, kita sebagai Nahdliyin, sebagai para santri, maka perlu tahu bagaimana etika santri dalam berpolitik ala Imam Ghozali. Jadi kita kalau berbicara politik, ibarat sebuah alat, bisa jadi baik dan bisa jadi jelek. Tinggal siapa yang menggunakan alat itu,” jelasnya. (Lingkar Network | Setyoi Nugroho – Koran Lingkar)

Exit mobile version