PATI, Lingkarjateng.id – Jumlah angkutan kota (angkot) yang ada di Kabupaten Pati semakin menurun, diiringi juga semakin berkurangnya minat masyarakat menggunakan angkot. Informasi tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Pati Teguh Widyatmoko melalui Kepala Seksi (Kasi) Angkutan, Prasetyo Fajar Bahagiawan saat ditemui di Pati, pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Saat ini, kata dia, hanya sebagian kecil wilayah Pati yang masih terdapat aktivitas angkot. Beberapa wilayah tersebut yakni terminal dalam kota, terminal di Kecamatan Tayu, dan Juwana.
“Terminal di Unit Pelaksana Teknis (UPT) induknya di Pati, terus cabangnya di Tayu sama di Juwana. Tapi di komplek pasarnya. Terminal lama ‘kan sekarang buat pangkalan truk,” ujar Fajar, sapaan akrabnya.
Berdasarkan data Dishub Kabupaten Pati tahun 2023, terdapat 16 trayek atau jurusan yang tersebar di Kabupaten Pati. Dari ke-16 jurusan tersebut, kata dia, terdapat 256 angkot yang aktif dan 4 lainnya sudah tidak aktif.
“Untuk Kabupaten Pati sekitar 260, yang aktif 256 ada 16 trayek. Jadi kami mendata setiap trayek itu. Contoh ini ‘kan kelihatan, izin trayeknya 5 tahun sekali,” ucapnya.
Sedangkan untuk jumlah angkot di tahun lalu, lanjut dia, tercatat 279 angkot yang aktif dan 12 lainnya sudah tidak aktif.
“Ya tetap ada, kita mendata itu tetap di 16 trayek jurusan lah. Ini tahun 2022 ada 281 kendaraan, yang aktif 279,” jelasnya.
Pada kenyataannya, kata Fajar, jumlah angkot yang masih beroperasi di Pati tidak sebanyak yang ada di data Dishub.
“Tapi kebanyakan kalau dilihat dari masyarakat, dijalani tidak ada, tapi itu tadi, dia masih aktif dalam mengurusi izin trayek perpanjangan. Tapi mungkin, dia berangkat atau tidak saya tidak tahu. Mungkin dia bawa langganan ke pasar atau penjual,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menilai penyebab angkot di Pati kehilangan penumpang karena banyaknya masyarakat saat ini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian.
“Banyaknya pemilik kendaraan sekarang, banyak menggunakan mobil pribadi,” ucapnya.
Menurutnya, hingga saat ini hanya beberapa pedagang dan anak sekolah yang masih setia menggunakan alat transportasi umum berwarna oranye tersebut.
“Saat ini, masyarakat yang masih menggunakan angkot hanyalah beberapa pedagang di pasar dan murid di sekolah menengah pertama,” jelasnya.
Ia menyebut, ada empat sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Pati yang muridnya masih menjadi langganan angkot.
“Tapi biasanya anak-anak masih diantar jemput, SMP 4, SMP 5, SMP 7,” imbuhnya.
Selain melayani anak sekolah, kata dia, angkot hanya melayani beberapa jurusan yang ada di Pati. Dari empat jurusan yang paling ramai, jurusan Pati-Juwana menjadi jurusan yang paling sepi penumpang.
“Pati-Kaliampo, Pati-Juwana, Pati-Trangkil terus ya Pati-Tayu ya ada sedikit. Paling sepi ya daerah timur, Juwana,” sebutnya.
Fajar menceritakan, pernah ada kejadian para sopir angkot mengeluh karena murid yang menjadi langganan angkotnya pindah ikut menumpang mobil pribadi milik wali murid.
“Kemarin juga ada gara-gara sedikit lah, sopir-sopir mengamuk karena ada mobil pribadi yang bawa tetangganya. Jadi awalnya ikut angkutan itu, berkurang setelah ikut tetangganya tadi,” tuturnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)