BPBD Sebut 3 Kecamatan di Pati Rawan Tanah Longsor, Warga Diimbau Waspada

BPBD Sebut 3 Kecamatan di Pati Rawan Longsor Warga Diimbau Waspada

BERI KETERANGAN: Kalakhar BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id Masyarakat Kabupaten Pati diimbau untuk waspada terhadap risiko bencana tanah longsor terlebih saat musim hujan tiba. Khususnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak karena ketiga kecamatan tersebut memiliki risiko tinggi terjadinya tanah longsor.

“Gembong, Gunungwungkal, dan Cluwak, teman-teman yang ada di sana saya minta untuk waspada ya. Karena memang konturnya, kemiringannya ada yang sampai di atas 45 derajat,” ujar Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya, pada Selasa, 28 November 2023.

Menurutnya, retakan tanah yang ada di lereng gunung menjadi salah satu penyebab terjadinya tanah longsor. Pasalnya, tanah yang bercelah ketika diguyur hujan yang lebat itu akan berpotensi terjadi longsor.

“Jadi daerah lereng-lereng sama. Saat ini kondisi tanahnya masih rekah karena kemarau. Tetapi sudah kemasukan air (hujan, red) dan itu langsung meresap,” jelasnya.

Terlebih, kata dia, banyak lahan miring yang seharusnya ditanam tanaman yang memiliki akar kuat, justru dijadikan kebun ketela sehingga risiko bencana tanah longsor rawan terjadi.

“Jadi tanaman-tanaman pelindung yang diubah dengan ketela itu tidak akan cukup kuat untuk menahan,” ucapnya.

Untuk mengantisipasi hal itu, ia menyatakan, diperlukan tindakan jangka panjang yaitu penanaman pohon berakar kuat di lahan dengan kemiringan yang tajam.

“Langkah nyata ya harus penghijauan di wilayah Muria. Tapi dalam jangka panjang ya. Paling kalau ditanam sekarang 10 tahun sampai dengan 15 tahun ke depan baru dirasakan manfaatnya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa masyarakat juga perlu diberi edukasi cara mencegah terjadinya tanah longsor, baik melalui pemerintah desa maupun kecamatan.

Dengan adanya edukasi terkait bencana longsor, diharapkan masyarakat setempat tumbuh kesadaran untuk ikut serta beraksi dalam meminimalkan terjadinya longsor atau pun menanggulangi bencana itu dengan tepat. Sehingga dampak korban dan kerugian fisik akibat bencana bisa berkurang.

“Kalau tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk berpartisipasi meminimalkan risiko bencana, ya kita akan kesulitan. Harusnya mulai dari pemerintah desa dan kecamatan,” tegasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)

Exit mobile version