PATI, Lingkarjateng.id – Akses menuju Pulau Seprapat ditutup akibat amblesnya Jalan Ujung Kawasan Industri tepatnya di Desa Growong Lor, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Akibatnya, aktivitas para nelayan dan petani tambak setempat pun terganggu.
Menurut keterangan Suwartono (40), warga Growong Lor, Juwana, Pati, jalan yang sehari-hari menjadi akses para nelayan dan petani tambak itu ambles pada Rabu malam, 28 Agustus 2024, sekitar pukul 20.00 WIB.
“Kejadiannya jam setengah 8 malam. Sebutannya Jalan Ujung. Kayaknya itu jalan provinsi. Desa Growong lor. Jalan Ujung kawasan industri,” ujarnya pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Saat ini, jalan tersebut hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Untuk truk dan mobil sementara ini tidak bisa melintas.
“Sepeda motor bisa lah, tapi mobil tidak bisa. Biasanya petani tambak,” lanjutnya.
Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga pada Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang (DPUPTR) Kabupaten Pati, Hasto Utomo, membenarkan bahwa jalan provinsi tersebut ambles lantaran pengerukan bantaran Sungai Silugonggo.
“Kondisi di sini ya, ceritanya kan ada sipel (talut penahan) yang miring karena kemarin baru saja ada pengerukan. Kemudian jalannya ambles. Amblesnya jalan diperkirakan karena setelah ada normalisasi sungai membuat tanah sekitar tembok penahan menjadi tidak stabil, dan diperparah juga oleh menambatkan kapal di tembok penahan sehingga tertarik ke arah sungai,” jelasnya saat dikonfirmasi via telepon.
Hasto menjelaskan bahwa kondisi jalan yang ambles selebar 8 meter dan sepanjang 65 meter dengan kedalaman sekitar 50 centimeter. Saat ini, lanjut Hasto, jalan tersebut berbahaya untuk dilewati.
“Selebar kurang lebih ya ada 8 meter yang ambles, sepanjang kurang lebih 65 meter yang ambles. Sementara malah tidak bisa lewat, karena sudah membahayakan. Ini baru kita koordinasikan untuk penanganan darurat,” imbuhnya.
Meski demikian, Hasto belum bisa memastikan kapan penanganan amblesnya jalan yang menjadi akses satu-satunya menuju Pulau Seprapat tersebut akan dilakukan. Hal itu karena DPUPTR masih melakukan pengecekan dan memerlukan koordinasi dengan pihak terkait.
“Kami belum bisa matur (bilang). Ini baru sampai lokasi melihat situasi dulu, ini saya di lokasi. Di sini hanya satu-satunya, tidak ada alternatifnya,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)