91 Kasus DBD di Pati, Warga Diimbau Utamakan PSN Ketimbang Fogging

ILUSTRASI: Seorang petugas sedang melakukan fogging. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Seorang petugas sedang melakukan fogging. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, Joko Leksono Widodo, menyebutkan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) cenderung naik saat musim hujan.

“Yang untuk 2024, tidak kita pungkiri memang kenaikan itu ada. Dari tahun ke tahun grafik kenaikan itu pasti saat musim hujan,” ujarnya, Rabu, 28 Februari 2024.

Joko mengatakan, pasien DBD di Pati tahun 2024 mencapai 91 kasus dan dari jumlah tersebut yang sudah dipastikan DBD sekitar 40.

Kemudian pada bulan Februari 2024, kasus DBD di Pati mengakibatkan satu orang warga Desa Ngepungrejo meninggal dunia.

“2023 memang ada empat yang meninggal. Untuk tahun ini, kita di Februari tanggal 7 Februari ada yang meninggal satu. Wilayahnya Puskesmas Pati 2, di Ngepungrejo,” jelasnya.

Menurut Joko, meningkatnya kasus DBD tidak hanya di Pati melainkan di kota-kota lain juga. Oleh karena itu fenomena tini perlu menjadi evaluasi hingga tingkat provinsi.

“Seperti Jepara kemarin juga ada informasi, di awal 2024 itu ada yang meninggal kalau tidak salah sampai delapan,” sambungnya.

Mengingat saat ini masih dalam masa musim penghujan, pihaknya mengimbau masyarakat untuk menerapkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Metode PSN juga dinilai lebih efektif mencegah penyebab DBD ketimbang melakukan fogging. Sebaliknya, melakukan fogging justru dikhawatirkan menimbulkan resistensi. Fogging biasanya menjadi langkah terakhir jika ada kasus yang menyebabkan pasien meninggal dunia.

“Kejadian apapun jika ada yang meninggal terus kita laksanakan pemberantasan nyamuk beserta fogingnya,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version