Antisipasi DBD, DKK Kudus Adakan Fogging Fokus ke Desa-Desa

FOGGING FOKUS

PENCEGAHAN: DKK Kudus bersama pihak terkait tengah mengadakan fogging Fokus dan sosialisasi terkait penyakit DBD di Desa Rejosari, Kecamatan Dawe belum lama ini. (Istimewa / Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Memasuki musim penghujan, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk antisipasi, pihak DKK Kudus terus menggencarkan sosialisasi, edukasi hingga terjun langsung ke desa-desa untuk melakukan fogging fokus untuk mencegah penyebaran penyakit DBD di Kota Kretek.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) DKK Kudus Nuryanto mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan lintas sektoral untuk mencegah menyebarnya nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi sumber penyakit DBD. 

“Kami sudah melakukan koordinasi dengan seluruh puskesmas, kecamatan, pemerintah desa untuk membantu melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pencegahan dan kewaspadaan terhadap penyakit DBD,” ungkap dia.

Bahkan, kata Nuryanto, DKK Kudus telah membagikan banner, leafleat, abate, hingga melakukan sosialisasi keliling terkait pencegahan dan kewaspadaan penyakit DBD kepada masyarakat. Pihaknya juga telah terjun langsung ke lokasi desa yang terindikasi mengalami penyebaran kasus DBD. 

Program DKK Kudus Efektif Kejar Target Vaksinasi Lansia

“Kalau di suatu wilayah ada penemuan kasus dan setelah dilakukan penyelidikan epidemologi ada penambahan kasus, akan kita lakukan fogging. Seperti yang kami lakukan kemarin di Desa Rejosari beberapa hari lalu, kami terjun langsung melakukan fogging fokus karena di sana terindikasi ada lebih dari dua kasus,” tuturnya.

Namun, lanjut dia, apabila tidak ada penyebaran kasus di wilayah desa, maka hanya perlu dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) saja. PSN ini dilakukan melalui 3M yakni: Menutup, Mengubur dan Menguras.

SOSIALISASI: Pihak DKK Kudus gencarkan sosialisasi Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik untuk mengawasi bak penampungan air ke desa-desa, belum lama ini. (Lingkarjateng.id)

“Kami terus mengingatkan masyarakat untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan setempat dan melakukan PSN,” ucapnya. 

Pihaknya pun terus mengupayakan agar setiap desa ada Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Gerakan ini merupakan kegiatan berkelanjutan agar di setiap rumah ada yang mengawasi bak penampungan air yang bisa berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Apalagi kondisi musim pancaroba ini kondisi cuacanya kadang panas kadang hujan, itu banyak sekali nyamuknya. Jadi jangan sampai ada genangan air sedikitpun karena bisa menjadi sarang nyamuk,” imbuhnya.

Lebih lanjut, pihaknya meminta masyarakat untuk tidak melakukan diagnosis dan pengobatan sendiri. Akan tetapi, jika mengalami gejala penyakit DBD, masyarakat diminta untuk datang langsung ke puskesmas maupun fasilitas kesehatan terdekat lainnya.

“Masyarakat kami minta jangan melakukan pengobatan sendiri. Datang saja ke puskesmas nanti akan dicek melalui rapid dengue untuk memastikan apakah benar-benar mengalami DBD atau tidak. Dokter akan melakukan observasi untuk memastikan penyakit pasien secara lebih akurat,” tegas dia.

Untuk diketahui, gejala penyakit DBD yakni mengalami panas tinggi lebih dari 39 derajat celsius selama lebih dari 3 hari, gangguan saluran pencernaan, muntah, mual, kurang nafsu makan, berkeringat dingin di tangan dan kaki hingga perdarahan hidung dan muntah darah. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version