Hindarkan dari Gerakan Separatisme, Kesbangpol Kendal Beri Pembinaan ke Ratusan Mualaf

Kepala Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan (Iwasbang) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kendal, Kardiantomo. (Arvian Maulana/Lingkarjateng.id)

KENDAL, Lingkarjateng.id – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kendal memberikan pembinaan kepada sejumlah mualaf melalui kegiatan Fasilitas kerukunan umat beragama dan penghayat kepercayaan di daerah di Pondok Pesantren Al Musyaffa’ Desa Sudipayung, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, pada Minggu, 27 Oktober 2024.

Pada pembinaan tersebut, Badan Kesbangpol Kabupaten Kendal menghadirkan narasumber dari Ketua Mualaf Center Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Anasom, Ketua MUI Kabupaten Kendal KH Asro’i Tohir, dan Pengasuh Ponpes Al-Musyaffa, KH Mukhlis Musyaffa.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan (Iwasbang), Kardiantomo, yang mewakili Kepala Badan Kesbangpol, Alfebian Yulando.

Kardiantomo mengatakan bahwa kegiatan yang dihadiri 200 peserta mualaf tersebut menggandeng MUI, FKUB, Rumah Mualaf, dan Baznas untuk memberikan pembinaan kepada para mualaf yang ada di Kabupaten Kendal.

“Jadi Pak Kaban (Kepala Badan Kesbangpol) selalu berkoordinasi meminta arahan dan bimbingan kepada para kiai di Kabupaten Kendal untuk pembinaan mualaf,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kehadiran Badan Kesbangpol merupakan bentuk perhatian dan penguatan kepada para mualaf, terutama agar tidak terjerumus pada ajaran garis keras maupun separatisme.

“Tujuan kami melalui pembinaan ini adalah untuk memberikan perhatian kepada mereka. Karena mualaf ini, kan, setelah memutuskan untuk masuk agama Islam, kan, pasti banyak sekali godaan atau permasalahan. Nah, kami Kesbangpol hadir untuk memberikan penguatan terhadap para mualaf,” jelas Kardiantomo.

Salah seorang mualaf dari Kaliwungu, Khambali, menyatakan bahwa melalui pembinaan tersebut dirinya mendapatkan banyak manfaat terutama dalam menambah tingkat keimanan mereka.

“Ya tadinya sholatnya tidak tepat lima waktu sekarang setelah pembinaan bisa tepat lima waktu. Karena dulu memang banyak kesulitan yang kita hadapi terutama saat membaca ayat Alquran,” ujarnya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version