KENDAL, Lingkarjateng.id – Kenaikan harga sembako turut berdampak pada kegiatan sosial masyarakat di Kabupaten Kendal. Warga merayakan Tradisi Grebek Sumpil atau ruwahan massal dengan sederhana, ala kadarnya.
Grebek Sumpil diselenggarakan di makam Makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Paku Wojo oleh warga Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal pada Minggu, 25 Februari 2024.
Ketua panitia pelaksana Grebek Sumpil, Sutikno, menyatakan bahwa Grebek Sumpil tahun ini berlangsung dengan sederhana dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang meriah. Pasalnya harga sembako yang melonjak membuat anggaran pelaksanaan kegiatan ini semakin tinggi.
“Meskipun demikian, semangat kebersamaan masyarakat dalam menjaga tradisi tetap terjaga,”terangnya.
Menurut Sutikno, biaya penyelenggaraan Grebek Sumpel ke-12 ini terkumpul dari hasil swadaya dan partisipasi sukarela masyarakat sekitar.
“Meskipun terasa lebih sederhana, namun kehadiran masyarakat dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini tetap membanggakan,” tuturnya.
Sementara itu juru makam Eyang Paku Wijoyo, Sobirin mengungkapkan meski Grebek Sumpil kali ini digelar sederhana namun nilai kebersamaan dan gotong royong masih sangat kental di lingkungan masyarakat setempat.
“Terkait penurunan jumlah partisipan dan perayaan yang lebih sederhana, kami menyatakan hal ini bentuk adaptasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang sulit akhir-akhir ini,” ucapnya.
Naiknya harga sembako naik, menurut Sobirin, membuat masyarakat harus membatasi pengeluarannya. Namun demikian, pihaknya menegaskan bahwa semangat dan makna dari Grebek Sumpel tidak akan pernah pudar meskipun dalam kondisi sulit sekalipun.
“Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol kebersamaan dan solidaritas antarwarga yang harus tetap dijaga dan dilestarikan,” katanya.
Menurutnya masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dengan penuh kekhusyukan dan khidmat. Meskipun jumlah sumbangan terbatas, namun hal ini tidak mengurangi rasa syukur dan kebahagiaan bagi penerima maupun para donatur.
“Masyarakat yang hadir melakukan doa bersama untuk keselamatan dan kemakmuran bersama,” jelasnya.
Dia menyampaikan bahwa masyarakat Desa Kutoharjoberkomitmen tetap menjaga kebersamaan dan gotong royong, serta berharap agar situasi ekonomi dapat membaik sehingga tradisi Grebek Sumpil dapat kembali dirayakan dengan semangat dan keceriaan seperti tahun-tahun sebelumnya. (Lingkar Network | Robison – Lingkarjateng.id)