PATI, Lingkarjateng.id – Warga Pati dianggap kurang transparan dalam pendataan stok pangan. Hal ini diduga karena warga takut terkena pajak yang besar. Hal itu diungkapkan oleh Staf Distribusi Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pati Slamet Riyadi saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (17/1).
Dikatakannya, Dinas saat ini mengalami kesulitan mengumpulkan data terkait stok pangan di daerah setempat. Kesulitan ini terjadi saat pihaknya melakukan survei di akar rumput. Ia mengatakan, ketidak-transparan dari masyarakat membuat data yang dipunyai pihaknya tidak maksimal.
“Manakala kita menelusuri ke masyarakat, kita itu betul-betul kesulitan. Data tidak transparan dari masyarakat. Misal saya tanya di sejumlah responden jawabnya tidak apa adanya,” katanya, baru-baru ini.
Bulog Pati Targetkan 30 Ribu Ton Beras
Ketidak-transparan ini, lanjutnya, terlihat dari kapasitas gudang dan komoditi yang disimpannya tidak seimbang.
“Misalnya gudangnya besar, ngakunya cuma satu ton dari data yang diberikan. Kendala seperti itu,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat melakukan hal itu lantaran takut terkena pajak. “Mereka takut dengan petugas. Takut dengan petugas pajak. Saya sudah mengutarakan ini tidak terkait dengan pajak. Saya petugas Dinas Pangan. Kita hanya ingin tahu stok di masyarakat,” ungkapnya.
Ia pun berharap ke depannya proses pengumpulan data ini dapat berjalan baik. Hal ini agar stok yang dimilikinya dapat mendekati angka akurat.
“Itu sebetulnya data-data itu saya mempunyai mendekati kevalidan akan lebih bagus. Selaku OPD yang menangani pangan biar mengerti stok ke mana dan di kemanakan,” tutupnya. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)