Disdikpora Kudus Ujicoba Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak

PEMBELAJARAN: Proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan kurikulum prototipe di salah satu SD di Kabupaten Kudus. (Alifia Elsa Maulida/Lingkarjateng.id)

PEMBELAJARAN: Proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan kurikulum prototipe di salah satu SD di Kabupaten Kudus. (Alifia Elsa Maulida/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Kudus akan menguji kurikulum prototipe di sekolah penggerak yang ada di Kabupaten Kudus. Di Kabupaten Kudus sendiri, ada sebanyak 31 sekolah penggerak yang terdiri dari 7 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 21 Sekolah Dasar (SD) dan 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

“Sasaran utama kurikulum prototipe sendiri adalah sekolah penggerak. Namun, itu diterapkan bagi Kabupaten yang sudah siap untuk mengikuti,” kata Kepala Sub Koordinator Kurikulum Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Afri Shofianingrum di Kudus.

Hingga saat ini, pihak Disdikpora telah memberikan bimbingan khusus kepada kepala sekolah, guru dan manajemen sekolah untuk penerapan kurikulum prototipe di Kabupaten Kudus. 

Disdikpora Kudus Anggarkan Rp 34 Miliar untuk Pengadaan Laptop Chromebook

Afri menjelaskan dalam kurikulum prototipe, siswa dan guru dituntut untuk berinovasi dan kreatif. Kurikulum tersebut merupakan kurikulum penyempurna dari kurikulum 2013 yang mana memfokuskan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Melalui kurikulum prototipe, siswa akan mengasah kemampuan yang dimilikinya. Sehingga, masing-masing guru mempunyai peran yang cukup penting untuk menggali kompetensi dan bakat yang dimiliki siswa. Selain itu, siswa memiliki kebebasan untuk memilih jurusan yang diinginkan. 

“Anak-anak yang punya bakat diberi ruang khusus sehingga kemampuan mereka lebih berkembang,” tuturnya.

Mengenal Kurikulum Prototipe, Siswa Bebas Memilih Pelajaran

Menurutnya, kurikulum prototipe ini mendorong siswa untuk bebas menggali bakatnya dan memberi kemudahan untuk siswa yang belum mempunyai bakat agar bakatnya lebih terarahkan.

Melihat sosialisasi yang dilaksanakan oleh Disdikpora kepada sejumlah guru beberapa waktu lalu, Afri mengungkapkan jika minat guru dan manajemen sekolah yang ingin bergabung menjadi guru penggerak dan sekolah penggerak sangat tinggi.

“Jadi di penerapan kurikulum ini, ada namanya guru penggerak yang menjadi guru. Ada juga yang menjadi pelatih ahli dan pendamping. Kesemuanya itu adalah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar,” tandasnya. (Lingkar Network | Alifia Elsa Maulida – Koran Lingkar)

Exit mobile version