Masuk Musim Kemarau, Dua Desa di Kabupaten Semarang Malah Terendam Banjir

Banjir di Kabupaten Semarang

Warga membersihkan rumah yang terendam banjir. (Hesty Imaniar/Lingkarjateng.id)

UNGARAN, Lingkarjateng.id – Memasuki musim kemarau, dua desa di Kabupaten Semarang justru terendam banjir akibat diguyur hujan sejak Kamis siang hingga Jumat pagi.

Dua desa tersebut adalah Desa Rowosari yang ada di Kecamatan Tuntang dan Desa Rowoboni di wilayah Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Banjir tersebut disebabkan oleh tanggul sungai yang jebol dan luapan air dari Rawa Pening karena intensitas hujan yang cukup lama.

Hendra Dwi Nugroho, Ketua RW 03 Dusun Rowopolo, Desa Rowosari, mengaku kaget dengan adanya kejadian banjir tersebut karena sebelumnya cuaca selalu panas.

“Kaget, tiba-tiba banjir yang kena dua dusun di Desa Rowosari ini, karena selama ini cuaca panas terus sudah dua minggu ini. Kami mengira sudah masuk musim kemarau, tapi tiba-tiba hujan deras seharian mengguyur kemarin,” ungkap Hendra pada Jumat siang, 24 Mei 2024.

Hendra mengatakan bahwa beberapa wilayah di Desa Rowosari memang kerap dilanda banjir saat musim hujan.

“Tapi ini kan musim kemarau, tapi semalam sudah hujan deras dan cukup lama hujannya mengguyur, jadi tanggul sungai di Rowopolo ini jebol, dan air kemana-mana, membuat banjir,” imbuh dia.

“Karena tanggul jebol ini air di sungai meluap, ini diperparah dengan tidak dibukanya bendungan di Sungai Tuntang, jadi banjir ini terjadi di wilayah kami,” sambung Hendra.

Hendra menjelaskan bahwa aliran sungai dari tanggul jebol di Dusun Rowopolo mengalir ke Rawa Pening. Kondisi ini diperparah dengan debit air di Rawa Pening yang tengah tinggi.

“Jadi bendungan di Tuntang ini tidak dibuka, maka air sungai meluap karena debit airnya tinggi di Rawa Pening. Kalau dibuka pintu air di bendungan Rawa Pening, air akan mengalir ke bawah, karena tidak dibuka, maka air meluap ke wilayah lingkungan tempat tinggal kami,” terangnya.

Lebih lanjut, ia berharap ada pihak-pihak terkait yang bisa membantu melakukan pengerukan sedimentasi di Rawa Pening dan sungai-sungai di sekitarnya.

“Kalau dikeruk ini sedimentasinya, maka banjir tidak akan terjadi di musim atau waktu terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi dan durasinya lama. Tapi sekarang ini bersyukur, banjir siang ini mulai surut, dan warga kami sudah mulai ada yang bisa membersihkan sisa-sisa banjir,” jelas Hendra.

Sebagai informasi, banjir di dua desa di dua kecamatan di Kabupaten Semarang tersebut tingginya mencapai sekitar 10 sampai dengan 80 sentimeter.

Bendi, salah satu relawan SAR Buser, mengatakan bahwa banjir yang terjadi di Desa Rowosari dan Rowoboni mengakibatkan akses jalan di dua desa tersebut tak bisa dilewati kendaraan bermotor.

“Untuk banjir di Dusun Rowosabi dan Rowopolo di Desa Rowosari, Tuntang, ini total ada 59 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak banjir. Banjir ini juga membuat akses jalan di dua desa yakni Desa Rowosari dan Rowoboni tidak bisa dilewati kendaraan bermotor karena terendam banjir,” ucap Bendi.

Diakui Bendi, sampai saat ini tim relawan masih melakukan pendataan untuk warga terdampak banjir di Desa Rowoboni, Banyubiru.

“Kalau ketinggian air banjir di Rowoboni ini lebih rendah ketimbang dengan banjir di Desa Rowosari di Tuntang. Banjir ini disebabkan karena tanggul sungai di Desa Rowosari jebol karena curah hujan tinggi, sehingga air meluap dari sungai ke pemukiman warga,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan Tribiantoro, mengatakan bahwa banjir tersebut berdampak pada pertanian dan peternakan warga setempat.

“Di antaranya ada benih padi yang siap tanam ini hanyut, lalu budidaya ikan koi dan ikan lele rusak, akses jalan di Rowosari ke Kalibeji dan Rowosari ke Rowoboni tidak bisa dilewati karena banjir ini juga. Kalau korban nihil kami laporkan, tapi kalau kerugian materia masih dalam proses penghitungan sembari kami membantu warga bergotong royong melakukan sejumlah pembenahan dan upaya assessment lanjutan,” pungkas Alex. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version