Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Stagnan

TERAMPIL: Wanita tani yang sedang memanen sawi.

TERAMPIL: Wanita tani yang sedang memanen sawi. (Dinda Rahmasari/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah (Jateng) tidak mengalami kenaikan maupun penurunan jika dibandingkan dengan Desember 2021. Hal itu dikarenakan Kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) sama dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).

“Untuk NTP Jawa Tengah pada Januari 2022 sebesar 103,18. Kemudian untuk lt dan lb berada di angka 0,14 persen,” ujar Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Provinsi Jateng, Arjuliwondo, Rabu (2/2).

Adapun beberapa subsektor yang mengalami kenaikan NTP, diantaranya terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,26 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,16.

Bupati Blora Ingin Kebijakan Didukung Data Berkualitas

Sementara itu, subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura sebesar -4,38; subsektor peternakan sebesar -0,03 persen; dan subsektor perikanan sebesar -1,34 persen.

Lebih lanjut, Arjuliwondo menjelaskan, ada beberapa komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga pada Januari 2022. Diantaranya gabah, kacang hijau, tomat, melon, kacang merah, kakao dan kopi. Kenaikan harga juga terjadi pada ayam ras pedaging, ayam ras petelur, belanak payau, nilem tawar, barakuda dan lobster.

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain jagung, ketela rambat, cabai hijau, cabai merah, sawi hijau, ketimun, kol atau kubis dan kelapa. “Kemudian juga terjadi pada telur burung puyuh, itik manila, rumput laut, bandeng payau, gurame, selar, teri dan kakap,” tambahnya.

Pada Januari 2022, lanjutnya, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,06 persen. Hal itu disebabkan oleh kenaikan indeks sejumlah kelompok.

Dinas Kominfo Bersama BPS Demak Gelar Desk Verifikasi Data DDA

Diantaranya kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki sebesar 0,43 persen; perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,56 persen; perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,43 persen; serta kesehatan 0,14 persen.

Kemudian terjadi juga pada kelompok transportasi sebesar 0,28 persen; informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,06 persen; rekreasi, budaya dan olahraga 0,15 persen; dan pendidikan 0,02 persen.

Selanjutnya penyediaan makananan dan minuman/restoran 0,29 persen; serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,50 persen. “Untuk kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,15 persen,” imbuhnya.

Sebagai informasi, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari harga-harga produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

“Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat daya beli petani,” jelasnya.

Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Jawa Tengah Januari 2022 tercatat sebesar 102,54 . Angka tersebut turun sebesar -0,21 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. “NTUP bulan Desember 2021 sebesar 102,76,” tandasnya. (Lingkar Network | Dinda Rahmasari – Koran Lingkar)

Exit mobile version