Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe Kendal: Terlalu Tinggi buat Kita

Pabrik tahu

ILUSTRASI: Beberapa karyawan sedang memproduksi tahu di Jalan Tandang Semarang, Kamis (10/2). (Adimungkas/Lingkarjateng.id)

KENDAL, Lingkarjateng.id – Lagi-lagi harga naik di saat ekonomi sedang lesu-lesunya. Hal ini yang dirasakan perajin tempe di Kabupaten Kendal. Mereka mengeluhkan harga bahan baku kedelai yang naik, sementara mereka tak berani menaikkan harga di saat ekonomi belum stabil akibat pandemi.

Harga kedelai di Kabupaten Kendal naik sejak sebulan lalu, dari Rp10.000 menjadi Rp11.000 per kilogram. Naiknya harga kedelai ini membuat pendapatan para perajin tempe dan tahu menjadi berkurang. Pasalnya, para perajin tidak berani menaikkan harga jualnya maupun mengurangi ukurannya.

Mahfud Saefudin, perajin tahu dan tempe di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kendal, sejak harga kedelai naik, ia tidak menaikkan harga maupun mengurangi ukuran tahu tempe yang dijualnya. Diakuinya para pelanggan tidak mau jika harga tahu dan tempe naik.

Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tempe Demak Perkecil Ukuran

“Kami tidak bisa menaikkan harga tempe tahu karena para pelanggan tidak mau harga dinaikkan,” keluh Mahfud, Jumat (11/2).

Sejak harga kedelai melejit, omset Mahfud turun. Dari semula berproduksi 1 ton lebih, sekarang rata-rata kurang dari 1 ton. Ia berharap, pemerintah bisa menekan harga kedelai, karena harga kedelai sudah tinggi. Sehingga jika naik, maka para perajin tahu dan tempe bisa mengalami kesulitan.

“Berat sekali masalah harga itu, terlalu tinggi buat UMKM seperti kita. Omset menurut,” lanjutnya.

 Sementara itu Siti Halimah, pemilik warung makan di Patebon Kendal mengaku, harga tempe maupun tahu di pasar masih seperti biasa, tidak mengalami kenaikan. Ia berharap harga tahu dan tempe tidak naik, supaya bisa terjangkau masyarakat kecil.

“Tahu tempe tidak naik, masih utuh Rp20.000 dapat tiga. Harapnya ya jangan naik, biar terjangkau,” kata Siti.

Jika harga tahu tempe naik, tentu akan membuat beban masyarakat kecil semakin berat. Apalagi saat ini harga minyak goreng masih belum stabil sesuai ketentuan pemerintah. Minyak goreng di pasar maupun di warung-warung kelontong masih banyak yang dijual dengan harga Rp20.000 ribu per liter. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Koran Lingkar)

Exit mobile version