Mitigasi Banjir, Sampah dan Eceng Gondok di Kali Tuntang Demak Dibersihkan

BERJIBAKU: Kegiatan bersih Kali Tuntang Kabupaten Demak yang melibatkan komunitas lingkungan dan beberapa OPD pada Minggu, 7 Januari 2024. (M Burhanuddin Aslam/Lingkarjateng.id)

BERJIBAKU: Kegiatan bersih Kali Tuntang Kabupaten Demak yang melibatkan komunitas lingkungan dan beberapa OPD pada Minggu, 7 Januari 2024. (M Burhanuddin Aslam/Lingkarjateng.id)

DEMAK, Lingkarjateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah memperkirakan puncak musim hujan berlangsung pada Februari 2024.

Sebagai bentuk langkah mitigasi bencana banjir, sampah dan tumbuhan eceng gondok di Kali Tuntang yang berada di perkotaan Kabupaten Demak, Minggu, 7 Januari 2024. Kegiatan pembersihan kali ini melibatkan lintas komunitas dan warga di wilayah setempat.

“Ini merupakan program kali bersih, karena di tempat ini (Kali Tuntang) banyak bengok atau enceng gondok, sehingga menganggu jalannya aliran sungai yang nantinya akan berdampak pada banjir,” kata Sekda Demak, Akhmad Sugiharto, Minggu, 7 Januari 2024.

Selain komunitas lingkungan, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diantaranya Dinputaru, DLH serta BPBD Demak juga diajak berkolaborasi mewujudkan porgam kali bersih. 

Sementara itu, Ketua Komunitas Peduli Sungai (KPS), Zanari Catur Rukmana mengungkapkan bahwa kegiatan pembersihan sungai terus digencarkan. Pihaknya menyebut kegiatan tersebut sudah menginjak tahapan ke tiga dalam pembersihan sungai menyisir Kali Tuntang. 

“Pada tahap 1 dan 2 yang dilakukan di Desember 2023 lalu, masyarakat merasa kegiatan bersih sungai perlu dilakukan lagi,” katanya.

Untuk kedepannya, pihaknya berharap agar masyarakat dapat melakukan pembersihan sungai-sungai yang ada diwilayahnya secara mandiri serta tidak membuang sampah sembarangan.  

“Untuk selanjutnya kami harapkan agar masyarakat dapat melakukan bersih sungai secara mandiri, namun jika diperlukan kami siap terjun,” ujarnya. 

Disisi lain, Ketua Forum Penanggulangan Resiko Bencana (FPRB) Demak, Kisyanto Budi menyebut bahwa kegiatan tersebut sebagai bentuk mitigasi penanggulangan bencana dengan meminimalisir resiko banjir.

“Karena jika tidak dibersihkan sekarang, maka akan berpotensi menjadi banjir, karena melihat curah hujan saat ini tinggi. Jadi kita awali dengan menggerakkan komunitas yang ada di FPRB,” katanya. (Lingkar Network | M Burhanuddin Aslam – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version