Wisata Religi Pati, Ziarah ke Makam Sunan Prawoto Raja Kesultanan Demak

POTRET: Tampak depan lokasi Makam Sunan Prawoto, Pati. (Sumber Gambar: Instagram @zula.albab/Lingkarjateng.id)

POTRET: Tampak depan lokasi Makam Sunan Prawoto, Pati. (Sumber Gambar: Instagram @zula.albab/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.idKabupaten Pati terkenal dengan objek wisata religinya. Berbagai kekayaan budaya keagamaan dan keragaman spiritual tokoh terdahulu tak boleh dilupakan begitu saja. Khususnya, menghormati dan mengenang jasa tokoh agama dengan melakukan ziarah di makam. Salah satu, tokoh agama yang kental dengan menyebarkan syiar agama Islam adalah Sunan Prawoto.

Berikut Lingkarjateng.id rangkum untuk Anda ulasan tentang Sunan Prawoto.

1. Silsilah Sunan Prawoto

Sunan Prawoto merupakan anak ketiga dari 10 bersaudara Sultan Trenggono. Sunan Prawoto dikenal dengan nama Raden Haryo Bagus Mukmin (Raden Mukmin) yang merupakan raja ke-4 dalam sejarah Kesultanan Demak. Beliau memerintah tahun 1546-1549 M, yakni setelah Raden Patah, Raden Pati Unus (pangeran Sabrang Lor) dan Sultan Trenggono (ayah dari Sunan Prawoto).

Apa Saja Wisata Religi di Pati?

9 Wisata Religi di Kabupaten Pati

2. Kisah Sunan Prawoto

Dulunya, Raden Mukmin pernah berseteru dengan Adipati Jipang Arya Penangsang, anak dari Raden Kikin (Pangeran Sekar Sedo ing Lapen). Perseteruan ini dimulai tahun 1521, saat itu Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus), raja kedua Demak yang merupakan menantu Raja Demak pertama (Raden Patah) meninggal saat penyerangan ke Portugis di Malaka. Kedua adiknya yakni Raden Kikin dan Raden Trenggana berebut tahta Kerajaan Demak. Setelahnya, Raden Trenggana naik tahta tahun 1521 dan gugur di Panarukan, Situbondo pada tahun 1546.

Selanjutnya, Raden Mukmin menggantikannya sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto. Lalu, tahun 1549, Arya Penangsang dengan gurunya, Sunan Kudus membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan keris Kyai Setan Kober.

Ratu Kalinyamat yang merupakan saudara kandung Sunan Prawoto menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat dalam pembunuhan kakaknya. Kemudian, ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban pada Sunan Kudus. Namun, jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma, membuat Ratu Kalinyamat kecewa.

3. Menyebarkan Agama Islam

Sunan Prawoto adalah tokoh yang menyebarkan agama Islam yang disegani dan dihormati di Gunung Prawoto. Sebutan Prawoto sendiri mengacu pada sebuah desa yang bernama Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

Istri Sunan Prawoto bernama Ratu Shofiyan yang merupakan putri dari Raden Umar Said atau Sunan Muria. Yang paling unik, kisah Sunan Prawoto tercatat dalam catatan milik uskup agung, Pastor Vicente Vegas saat melakukan penginjilan di Makassar. Pada tahun 1548, Sunan Prawoto singgah ke Makassar dan mengungkapkan pada Pastor Vicente Vegas, bahwa ia akan mengislamkan seluruh Pulau Jawa dan menutup jalur dagang beras ke Malaka.

Wisata Religi, Masjid Baiturrohim Gambiran Jadi Saksi Bisu Penyebaran Islam di Pati

Rencana Sunan Prawoto ternyata tidak berbuah manis lantaran berhasil digagalkan oleh pastor tersebut. Sunan Prawoto memilih lebih sibuk sebagai ahli agama dibanding mempertahankan kekuasaannya. Kemudian, satu per satu, daerah pimpinannya dari Banten, Surabaya, Cirebon hingga Gresik berkembang bebas, sedangkan wilayah Demak tidak.

Sunan Prawoto meninggal pada 1549 karena dibunuh oleh orang suruhan Pangeran Arya Penangsang yang bernama Rangkud. Dalam kisah Babad Tanah Jawi, Rangkud menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto dan menghunus pedang ke dada Sunan Prawoto. Sang istri yang berlindung di punggungnya pun ikut terhunus sehingga tewas.

4. Haul Sunan Prawoto

Makam Sunan Prawoto terletak di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Setiap 17 Rajab, diperingati sebagai haul Sunan Prawoto. Rangkaian acara dari kirab, pengajian di makam hingga upacara ganti kelambu pada tanggal 16 malam dan 17 turut meramaikan peringatan haul itu.

Kain luwur atau penutup makam Sunan Prawoto akan diarak dalam kirab dan dibawa mengelilingi jalan desa. Dalam kirab tersebut, masyarakat berbondong-bondong membawa hasil buminya. Sesampainya di makam, kain luwur (lurup) akan diserahkan kepada juru kunci makam untuk dipasangkan kembali.

Selain mengarak kain luwur, warga Prawoto juga membuat olahan ikan lengkur atau ikan gabus yang dibakar hingga melengkung yang dibumbui garam dan cabai merah. Kemudian, ikan lengkur itu dibungkus daun pisang. Ikan lengkur dipercaya sebagai simbol hasil yang melimpah ruah. Peringatan ini dilakukan sebagai salah satu bentuk penghormatan warga Prawoto terhadap jasa Sunan Prawoto dalam menyebarkan agama Islam di wilayahnya.

Demikianlah, kisah Sunan Prawoto yang telah Lingkarjateng.id rangkum. Semoga dapat membantu Anda dan pastikan Anda berkunjung untuk ziarah di makamnya. (Lingkar Network | Jazilatul Khofshoh – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version