Video sebagai Media Penanaman Nilai-Nilai Kedamaian di Sekolah

Video sebagai Media Penanaman Nilai-Nilai Kedamaian di Sekolah

Annisa Sekar Jasmine, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling, SMP N 2 Sokaraja Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

*OLEH: Annisa Sekar Jasmine, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling, SMP N 2 Sokaraja Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

TINDAK kekerasan merupakan sebuah fenomena nyata yang banyak terjadi di negara kita. Berbagai jenis kekerasan dari kekerasan domestik dan non domestik ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini dapat diamati dari berbagai pemberitaan mengenai kasus kekerasan yang ada pada media lokal, televisi dan juga sosial media.

Kekerasan dengan jenis fisik, verbal dan psikispun dapat terjadi di berbagai tempat seperti salah satunya di lingkungan sekolah. Kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolahpun tak kalah memprihatinkan.

Hal ini saya amati sendiri di lingkungan sekolah tempat saya bekerja saat ini. Ditemukan beberapa siswa yang berkonsultasi bahwa dirinya mengalami kekerasan baik secara fisik seperti didorong dan ditendang, verbal seperti dihina dan dicemooh, maupun psikis seperti dikucilkan dan tidak dianggap kehadirannya.

Selain itu, fenomena yang lain yang ditemukan adalah rendahnya pengendalian emosi dan cara mengekspresikan emosi yang salah pada siswa. Hal ini ditunjukan dengan peristiwa saling berkelahi hingga menyebabkan siswa lain terluka.

Peristiwa ini terjadi ketika salah satu siswa merasa sakit hati ketika siswa tersebut diperlakukan dengan kurang menyenangkan oleh temannya sehingga memilih jalan pintas dengan berkelahi.

Kekerasan tersebut dapat mengakibatkan siswa mengalami penurunan semangat belajar, merasa rendah diri, takut, dan cemas.

Dari fenomena yang saya temukan di sekolah, dapat diketahui bahwa di lingkungan sekolahpun yang seyogyanya sebagai sistem sosial yang membutuhkan suasana yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran, ternyata menjadi tempat yang kurang nyaman bagi siswa untuk menjalin interaksi dengan teman sebaya dan juga belajar.

Apabila fenomena kekerasan antar teman sebaya yang terjadi di sekolah masih terus terjadi dan tidak adanya kedamaian, maka hal inipun dapat berdampak pada hasil belajar para siswa.

Maka dari itu dibutuhkan sesuatu yang dapat mengubah dan menghentikan kebiasaan kekerasan yang terjadi di sekolah. Salah satu caranya adalah dengan menginternalisasikan nilai-nilai kedamaian dalam pendidikan.

Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah empati, asertif, welas asih, toleransi, respek, berpikir kritis, mengambil keputusan, dan win-win solution.

Pendidikan damai sendiri adalah pendidikan tanpa kekerasan, yang mencakup pelatihan, keterampilan dan informasi yang diarahkan untuk menumbuhkan budaya damai.

Empati yang rendah dalam diri seseorang dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan antar siswa di sekolah. Dengan adanya empati di dalam diri seseorang, maka akan membatasi perilaku berbahaya dan akan menghambat tindakan agresif.

Hal ini dikarenakan seseorang yang empatik dapat menempatkan diri dan memahami bagaimana perasaan orang lain. Empati yang menjadi salah satu nilai kedamaian dalam pendidikan damai dapat menjadi salah satu nilai atau aspek yang dapat ditumbuhkan pada diri siswa.

Pendidikan damai di sekolah dapat diinternalisasikan dalam praktik layanan Bimbingan dan Konseling. Dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian integral dalam pendidikan, dan merupakan salah satu strategi dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai dan aman bagi siswa.

Layanan dalam bimbingan dan konseling yang komprehensif dapat mencakup berbagai aspek perkembangan siswa diantaranya aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Ketiga aspek tersebut mendapatkan perhatian dengan persentase yang sama sehingga diharapkan dengan adanya layanan bimbingan dan konseling dengan penanaman nilai-nilai kedamaian dapat menghentikan kebiasaan agresif pada siswa.

Layanan bimbingan dan konseling yang utama adalah layanan dasar. Layanan ini berfungsi sebagai pemberian informasi, pemahaman dan pencegahan. Salah satu layanan dasar yang dapat diterapkan untuk menanamkan empati adalah layanan bimbingan kelompok.

Alasannya karena dalam bimbingan kelompok jumlah siswa yang diberikan layanan tidak sebanyak dalam layanan klasikal, yaitu berkisar 6-12 siswa.

Sehingga layanan yang diberikan dapat dipahami oleh siswa dengan lebih efektif. Kemudian siswa dapat memiliki hubungan yang dekat dengan guru bimbingan dan konseling dan anggota kelompok yang lain.

Kemudian dalam layanan ini dapat digunakan sebuah media video yang berisi tentang empati dan nilai-nilai kedamaian yang lain.

Media video yang digunakan dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan karakter siswa di sekolah. Sehingga media tersebut dapat memberikan kesan yang lebih mendalam bagi siswa yang menyaksikannya.

Selain itu, video tersebut juga dapat dimodifikasi dengan menanamkan nilai-nilai budaya lokal. Kemudian dengan menayangkan video dalam praktik layanan bimbingan kelompok, dapat memberikan pengaruh pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Sumber:

Kartadinata S., Setiadi S., & Ilfiandra. 2018. Pedagogi Pendidikan Kedamaian : Rujukan Pengembangan Sekolah Aman dan Damai. Bandung: UPI PRESS

Exit mobile version