Lingkarjateng.id – Marah adalah emosi alami yang dialami setiap manusia. Rasanya wajar jika kita merasa marah di berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, perlu diingat bahwa ada perbedaan antara marah yang sehat dan marah yang toxic.
Marah yang sehat dapat membantu kita mengatasi konflik dan mengungkapkan perasaan, sementara marah yang toxic dapat merusak hubungan dan kesehatan mental kita.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal dan memahami perbedaan antara marah yang sehat dan toxic, serta bagaimana mengubahnya menjadi emosi yang lebih konstruktif.
Marah yang Sehat
- Dirasakan sesaat dan tidak berlarut-larut.
- Tidak menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam.
- Dapat mengenali pemicu marah dan mengelolanya dengan bijaksana.
- Dapat membantu mengatasi konflik dan mencari solusi yang lebih baik.
- Dinyatakan dengan jujur dan tegas tanpa merendahkan atau menyakiti orang lain.
- Dapat diungkapkan secara assertive, artinya berbicara dengan tenang dan tegas tanpa menyerang orang lain.
- Dapat mengekspresikan perasaan dan kebutuhan dengan jelas.
- Mencari solusi untuk masalah yang ada daripada terus menerus marah.
Sering Dikira Mager, Ini Tanda-Tanda Kamu Kelelahan Mental dan Cara Mengatasinya
Marah yang Toxic:
- Cenderung menyalahkan orang lain dan tidak mengakui kesalahan diri sendiri.
- Dapat muncul dengan intensitas yang berlebihan dan berlarut-larut.
- Muncul berulang kali terhadap hal-hal kecil dan tidak penting.
- Menyebabkan kekerasan verbal atau fisik terhadap orang lain.
- Merusak hubungan dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
- Diungkapkan secara agresif, artinya menyerang, mengancam, atau menghina orang lain.
- Tidak mampu mengendalikan emosi dan sering merusak suasana.
- Tidak mampu mengenali pemicu marah dan sering meledak-ledak tanpa alasan yang jelas.
- Cenderung menarik diri atau melakukan pembalasan sebagai bentuk penyelesaian masalah.
10 Tanda Orang yang Punya Kepribadian Tangguh, Kamu Termasuk?
Cara mengatasi marah yang toxic:
- Ungkapkan perasaanmu dengan cara yang lebih sehat, seperti berbicara dengan seseorang yang dipercayai atau menulis jurnal.
- Latihlah keterampilan komunikasi assertive untuk mengungkapkan marah tanpa menyakiti orang lain.
- Cari cara untuk meredakan diri, seperti meditasi, olahraga, atau aktivitas lain yang menenangkan.
- Cari bantuan profesional, seperti terapis atau konselor.
Ingatlah, bahwa marah adalah emosi yang alami, tetapi kita memiliki kendali untuk mengungkapkannya. Dengan mengenali dan mengubah marah yang toxic menjadi marah yang sehat, kita dapat memperbaiki hubungan dengan orang lain dan kesehatan mental kita sendiri. Selamat mencoba! (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)