Inilah 4 Adab dalam Bercanda agar Tak Menyinggung Perasaan Orang Lain

ILUSTRASI: Tiga orang sedang tertawa dan bercanda. (Freepik @jcomp/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Tiga orang sedang tertawa dan bercanda. (Freepik @jcomp/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Bercanda atau bergurau kadang menjadi senjata ampuh untuk mencairkan suasana. Tak sedikit satu gurauan bisa menularkan tawa dari satu orang ke orang lain di sekitar. Bercanda juga menjadi salah satu cara berkomunikasi yang menandakan hubungan kedekatan seseorang. Akan tetapi dalam bercanda ternyata tidak boleh sembarangan, ada adab yang harus diperhatikan ketika bercanda.

Dalam Islam, bercanda dengan orang lain diperbolehkan. Sebab dengan bercanda bisa membantu orang lain menjadi lebih bahagia. Namun, kita perlu memahami bahwa tidak semua situasi bisa dicairkan dengan melempar guyonan.  Adakalanya, orang lain merasa tidak nyaman dengan candaan yang dilemparkan. Oleh sebba itu, penting bagi kita untuk mengetahui batasan dan adab dalam bercanda.

Dalam bercanda itu ada seninya. Ada adab, batas, dan aturan yang tidak boleh dilanggar ketika bercanda agar tidak menyinggung perasaan orang lain yang bisa menimbulkan kerenggangan hubungan antar manusia.

Tidak merendahkan orang lain

Adab bercanda yang pertama adalah jangan sampai ada kalimat yang bisa merendahkan orang lain. Baik itu tentang kejelekan seseorang, memberikan panggilan atau julukan yang mengandung hinaan. Sebab apa yang dikatakan oleh lidah bisa menjadi pedang tajam yang menyayat hati seseorang yang mendengarnya.

Tidak merendahkan orang lain saat bercanda juga dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 11, bahwa tidak baik sekumpulan orang merendahkan kumpulan yang lain. Boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik daripada mereka.

Tidak melewati batas

Melewati batas adalah adab bercanda yang harus diperhatikan. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk dalam hal bercanda. Kita harus memahami batasan dalam bercanda karena dikhawatirkan satu candaan yang dilemparkan itu bisa menjatuhkan wibawa orang lain, atau membuat orang lain menjadi tidak percaya diri lagi.

Tak hanya itu, terlalu banyak bercanda bisa mempengaruhi sensitivitas diri terhadap lingkungan sekitar. Terlalu banyak bergurau dapat mematikan hati sehingga sulit menerima nasihat dari orang lain. Lalu, fenomena prank yang kerap menjadi bahan konten media sosial jika dilakukan secara berlebihan juga bisa menimbulkan rasa takut bahkan menimbukan kerenggangan sosial.

Paham situasi

Tidak semua situasi bisa digunakan untuk bercanda. Misalnya dalam situasi yang serius seperti ketika sedang dalam forum formal, berduka, atau sedang membahas topik serius. Sebagai makhluk yan berakal, hendaknya bisa menempatkan diri dan tahu diri kapan harus bercanda dan kapan harus bersikap serius.

Pun ketika bercanda harus memperhatikan siapa orang yang sedang diajak berkomunikasi. Sebab ada perbedaan ketika bercanda dengan teman sebaya dan ketika bercanda dengan orang yang lebih tua. Ada adab ketika bercanda dengan orang yang kedudukannya lebih tinggi tidak boleh disamakan dengan ketika melontarkan guyonan bersama teman-teman.

Selain itu, dalam bercanda juga perlu tahu karakter atau sifat lawan bicara. Sebab sifat orang tidak bisa disamakan. Ada sebagian dari mereka yang suka dengan guyonan, namun ada juga yang tidak suka diajak bercanda.

Tidak menyinggung isu sensitif

Isi SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) tidak hanya sensitif dibawa dalam guyonan, dalam hal lain pun termasuk isu yang tidak boleh asal diusik. Dalam hukum pun, tidak boleh mengungkit isu SARA dalam konotasi negative. Sebab, mencela suatu agama, keyakinan, ras, dan sejenisnya itu sama saja melukai perasaan orang lain sehingga dalam bercanda juga perlu menggunakan diksi yang tepat agar tidak menyinggung orang lain.

Bercanda itu sebenarnya merupakan suatu ibadah, karena bisa mendatangkan kebahagiaan asalkan tidak melampaui batas dan tetap menjaga perasaan orang lain. (Lingkar Network | Ulfa – Lingkarjateng.id)

Sumber Referensi:

Redaksi. (2021). MUI: Adab Bercanda yang Penting Diperhatikan Muslim. Diakses pada 15 September 2022 dari https://mui.or.id/hikmah/33047/9-adab-bercanda-yang-penting-diperhatikan-muslim/

Exit mobile version