Fenomena Penggunaan Unggah-Ungguh Basa Generasi Milenial di Era 4.0

Fenomena-Penggunaan-Unggah-Ungguh-Basa-Generasi-Milenial-di-Era-4.0

POTRET: Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 1 Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Octaviyani Tri Lestari, S.Pd. (Istimewa/Lingkarjateng.id)

*Oleh: Octaviyani Tri Lestari, S.Pd. Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 1 Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

GENERASI milenial dan revolusi industri 4.0 menjadi buah bibir, dimana peran otot, mesin, dan listrik tergantikan dengan kecanggihan teknologi. Salah satu dampak revolusi industri adalah generasi milenial.

Generasi milenial tumbuh ketika teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat. Generasi milenial tak bisa hidup tanpa gadget.

Berinteraksi dan mencari informasi melalui smartphone yang terhubung dengan jaringan internet. Hal ini memicu pergeseran etika sosial dan serba online sehingga interaksi lebih sering dilakukan via media sosial.

Fenomena pergeseran etika sosial menjadikan tantangan tersendiri bagi penulis, seorang guru bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Jawa.

Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran yang mengembangkan apresiasi terhadap bahasa dan budaya Jawa.

Kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Jawa menekankan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi. Aspek ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik, salah satunya adalah berbicara.

Bahasa Jawa mengedepankan sopan santun dengan lawan bicara yang tidak dimiliki mayoritas bahasa lain. Bagi orang Jawa, sopan santun dalam berinteraksi tak lepas dari unggah-ungguh basa.

Kehidupan yang serba mudah dan praktis mempersulit ruang penerapan unggah-ungguh basa. Generasi milenial terlahir sudah tak paham fungsi unggah-ungguh basa sejak kecil.

Hal ini dikarenakan orang tua mereka membiasakan unggah-ungguh basa hanya dengan ragam ngoko lugu. Bahkan, tak sedikit yang sedari kecil tidak menggunakan bahasa Jawa melainkan bahasa Indonesia.

Generasi milenial memposisikan semua lawan bicaranya dengan bahasa ngoko. Penulis kerap menemukan siswa yang berbicara dengan bahasa ngoko padahal yang dihadapi adalah orang yang lebih tua.

Sebagai contoh perkataan siswa kepada penulis, “Bu, pan balik?”. Penulis pribadi merasa tertohok karena merupakan nyawa dari mata pelajaran bahasa Jawa termasuk unggah-ungguh basa.

Fenomena tersebut menjadi PR bagi kita semua, terlebih penulis seorang guru bahasa Jawa. Komunikasi generasi milenial lebih nyaman menggunakan bahasa ngoko dan bahasa Indonesia. Kesulitan tersebut perlu dicari solusi supaya generasi milenial ora ilang Jawane.

Unggah-ungguh basa terutama krama inggil harus tetap dilestarikan seiring perkembangan zaman. Strategi yang bisa dilakukan sinergi orang tua dengan sekolah.

Di rumah, orang tua membiasakan berkomunikasi dengan bahasa krama dimulai dari kalimat yang sederhana. Di sekolah terutama pada mata pelajaran bahasa Jawa, guru berinovasi menyongsong revolusi industri 4.0 supaya materi unggah-ungguh basa yang menjadi syarat budaya kearifan lokal dan pendidikan karakter ini tidak punah.

Inovasi tersebut bisa dalam bentuk metode role playing dan media audio visual serta lembar kerja peserta didik memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Sebagai contoh, pembuatan film pendek yang memuat komunikasi orang tua dan anak sedang berbicara dengan bahasa krama inggil. Hasil pembelajaran dikombinasikan dengan lembar kerja peserta didik yang bisa diakses melalui smartphone.

Ketika di kelas, guru bahasa Jawa membiasakan mengikuti pelajaran dengan diterapkannya entrance ticket yakni mengahafal ragam basa (ngoko, krama dan krama inggil) dan berkomunikasi dengan bahasa krama.

Sedangkan di sekolah, diterapkan program di hari Kamis bertepatan penggunaan seragam guru pakaian adat sehingga menjadi hari berbahasa Jawa.

Penerapan sehari berbahasa Jawa sebagai salah satu solusi supaya unggah-ungguh basa tetap tangguh dan menjadi ciri khas kesopanan orang Jawa.

Dengan adanya sinergi orang tua dengan sekolah, generasi milenial dapat berkomunikasi di lingkungan sosial maupun digital menggunakan bahasa krama inggil.

Mari bergandeng tangan membimbing generasi milenial menuju revolusi industri 4.0 dengan menjunjung tinggi kekayaan budaya Jawa diantaranya unggah-ugguh basa.  

DAFTAR PUSTAKA

Exit mobile version