Oleh: Untung Cipto Mulyono, S.Pd., Guru SMPN 4 Juwana, Kabupaten Pati.
BAHASA Inggris adalah mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari, pada dunia pendidikan yang terus berkembang menuntut setiap individu yang berada dalam lingkaran globalisasi pendidikan. Manfaat Bahasa Inggris memiliki lingkup yang begitu luas baik dalam hal pendidikan, teknologi, dunia kerja, bahkan sebagai media untuk bersosialisasi maupun menjalin kerja sama antar benua.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan secara aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran aktif siswa (student centered). Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar kontruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman baru.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan paradigma kontruktivistik adalah Children Learning In Science (CLIS). Model Children Learning In Science (CLIS) dikembangkan oleh kelompok Children’s learning in science di Inggris yang dipimpin oleh Driver (dalam Ratnasari, 2012:13). Children Learning In Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Science dalam bahasa Indonesia ditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik. Menurut Fisher, sains adalah hubungan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi, dengan adanya konsep-konsep baru tersebut kemudian akan mendorong dilakukannya eksperimen.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) menurut Driver (dalam Ratnasari, 2012:15), tahapan kegiatan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika yang diajarkan yakni
- Tahap orientasi, yaitu kegiatan guru menarik perhatian siswa dengan mengemukakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta dengan topik yang dipelajari.
- Tahap mengkonfirmasikan dan memunculkan gagasan, yaitu menghadapkan siswa kepada permasalahan LKS secara perorangan sesuai petunjuk.
- Tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan sambil memecahkan masalah, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan hasil pengerjaannya sambil bertukar gagasan secara berkelompok.
- Tahap perubahan situasi konflik dan perumusan secara penjelasan konsep, yaitu kegiatan guru menjelaskan konsep-konsep ilmiah, sehingga konflik konsepsi dalam memori siswa dapat teratasi.
- Tahap pemahaman konsep, yaitu pemahaman konsep yang berasal dari gagasan awal dan disesuaikan dengan konsep ilmiah yang dijelaskan guru, sehingga konflik konsepsi dalam memori siswa dapat teratasi.
- Tahap penerapan dan pengembangan konsep, yaitu siswa mengerjakan kembali soal-soal LKS lebih kompleks dan terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
- Tahapan tinjauan terhadap peningkatan dan pemahaman konsep, yaitu guru bersama-sama siswa menyimpulkan kembali dan mengevaluasi hasil pengetahuan dari pengalaman menyelesaikan permasalahan.
Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Metode Children Learning In Science (CLIS) merupakan metode pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.
Pada metode ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Kemudian mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan yang satu dengan yang lainnya dan mendiskusikannya dengan siswa lain untuk menyatukan persepsi. Setelah itu, diberi kesempatan untuk merekontruksi gagasan setelah membandingkan dan mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.
Penerapan pendekatan kooperatif dengan model pembelajaran children learning in science pada mata pelajaran Bahasa Inggris materi kalimat deklaratif dan interogatif dalam bentuk simple past tense pada siswa kelas VIII SMPN 4 Juwana Kabupaten Pati dapat meningkatkan hasil belajar dan siswa aktif mengikuti pembelajaran, berani mengeluarkan pendapat, baik dalam diskusi maupun dalam presentasi hasil laporan. Skor tes pada siklus II telah menunjukkan persebaran nilai yang masih kurang merata. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor tes yang terendah ( skor minimal sebesar 60 dan sekor tes tertinggi (skor maksimal) sebesar 90. Kondisi ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada hasil belajar siswa.
Skor rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II sebesar 81,56. Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 90,62% artinya masih ada tiga siswa yang belum tuntas mencapai nilai KKM, yang mendapat nilai 50 sebanyak 0 siswa, nilai 60 sebanyak 3 siswa, nilai 70 sebanyak 5 siswa, nilai 80 sebanyak 8 siswa, nilai 90 sebanyak 16 siswa, maka tidak perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus berikut karena hasil belajar siswa sudah mencapai maksimal.
Dengan model pembelajaran children learning in science pada mata pelajaran Bahasa Inggris materi kalimat deklaratif dan interogatif dalam bentuk simple past tense dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan peningkatan ketuntasan belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II, pada pra siklus hanya mencapai rata-rata 62,81 dan tingkat ketuntasan persentase 43,75% kemudian pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 70,93 dengan tingkat ketuntasan 68,75 % dan pada siklus II mencapai rata-rata 81,56 dan tingkat ketuntasan 90,62%. Masing-masing kenaikan antar siklus yaitu : dari pra siklus ke siklus I rata-rata kelas meningkat 8,12 dan tingkat ketuntasan menjadi 25% , sedangkan dari siklus I ke siklus II rata-rata kelas meningkat 10,63 dan tingkat ketuntasan meningkat 21,87%. Jadi kenaikan hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II yaitu 46,87%.