KUDUS, Lingkarjateng.id – Pembangunan Rumah Sakit (RS) Sunan Muria merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus. Namun, proses pembangunan rumah sakit baru di kawasan Lereng Gunung Muria tersebut belum dipastikan kapan akan dimulai.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, dr. Mustiko Wibowo, mengatakan Detail Engineering Design (DED) pembangunan RS Sunan Muria telah selesai. Namun, kata dia, proses pembangunan rumah sakit tersebut masih terkendala pembiayaan.
“DED-nya sudah jadi sudah selesai, tapi kami belum tahu pembangunan mulai kapan,” ujarnya di Kudus, Rabu, 31 Desember 2025.
Ia menjelaskan, rencana awal pembangunan RS Sunan Muria akan mulai dilakukan pada tahun 2026. Namun, karena ada pemotongan anggaran Transfer ke Daerah (TKD), rencana pembangunan tersebut pun ditunda.
“Rencana awal kami itu untuk tahap pertama pembangunan dilakukan di tahun 2026 menggunakan dana cukai senilai Rp40 miliar. Tapi karena ada kebijakan pemotongan anggaran, rencana tersebut terpaksa kami coret,” ungkapnya.
Dirinya menegaskan, prioritas anggaran Dinas Kesehatan saat ini difokuskan pada program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, seperti Universal Health Coverage (UHC) untuk jaminan kesehatan warga tidak mampu, serta rehabilitasi fasilitas dan alat kesehatan yang mendesak.
Meski demikian, ia mengaku tengah berusaha mencari alternatif lain untuk pendanaan pembangunan RS Sunan Muria. Salah satu opsi yang tengah dijajaki adalah kerja sama investasi oleh pihak swasta.
Ia menyebut, saat ini sudah ada investor asing yang tertarik untuk mendanai pembangunan rumah sakit tersebut. Menurutnya, pihak investor juga sudah melakukan pertemuan awal dengan Pemkab Kudus.
“Sudah ada pertemuan awal, masih perkenalan. Belum masuk ke sistem kerja sama atau skema pendanaan, masih perlu banyak rapat lanjutan,” ungkapnya.
Mustiko memaparkan, rumah sakit yang direncanakan berstatus RS Umum Tipe C tersebut disiapkan dengan bangunan empat lantai berkapasitas 105 tempat tidur (TT) dan memiliki layanan unggulan di bidang penyakit paru, termasuk penanganan Tuberkulosis (TB) MDR.
Rumah sakit tersebut direncanakan berdiri di atas lahan milik Pemerintah Daerah seluas sekitar 10.000-11.000 meter persegi di kawasan Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog dengan lingkungan yang masih relatif kosong dan tenang.
Terkait anggaran, Mustiko menyebut estimasi kebutuhan dana pembangunan fisik rumah sakit mencapai Rp140-150 miliar, yang mencakup pembangunan gedung empat lantai beserta instalasi pendukung seperti IPAL, namun belum termasuk pengadaan sarana prasarana medis seperti tempat tidur dan alat kesehatan.
“Terkait SDM rumah sakit juga belum kami siapkan sekarang, karena masih menunggu kejelasan sumber anggaran. Rencananya bertahap, mulai bangunan dulu, lalu pengisian sarpras, baru rekrut tenaga,” pungkasnya.
Jurnalis: Nisa Hafizhotus S.
Editor: Rosyid
































