BLORA, Lingkarjateng.id – Insiden ledakan yang memakan 5 korban nyawa menjadi pembelajaran yang berharga bagi semua pihak. Namun keberlanjutan sumur minyak juga menjadi pertanyaan yang acap kali dilontarkan warga.
Kepala Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Blora menyebut masyarakat setempat khususnya Dukuh Gendono, sebelumnya mayoritas bekerja sebagai buruh kasar di sumur minyak yang ada didesa setempat. Namun, banyak warga yang kini mengandalkan sumur minyak untuk menyambung hidup.
“Aktivitas sebelum terbakar, memang masyarakat kami berbondong-bondong mencari makan dari situ. Dari hasil pertanian kurang memungkinkan (menguntungkan),” ujar Kades Gandu, Iwan Sucipto, Minggu, 31 Agustus 2025.
Dukuh Gendono sendiri memiliki 300 kepala keluarga (KK), dengan sekitar 760 warga yang menetap di Dukuh tersebut. Dari total tersebut, Iwan menyebut sekitar 85 persen warga dukuh mengais rezeki dari aktivitas sumur minyak.
“Sekitar 75 hingga 85 persen warga Gedono bergantung pada aktivitas sumur minyak,” ujarnya.
Ia mengaku mendapat banyak pertanyaan dari warga, terhadap keberlangsungan aktivitas sumur minyak di desa setempat. Bahkan warga sanggup mengikuti regulasi atau aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Pertanyaan dari warga itu tidak bisa saya jawab. Namun kami juga berharap ada regulasi yang mempercepat izin sumur. Regulasi -regulasi apa kita pasti menerimanya. Karena warga juga mengandalkan hasil dari minyak tersebut,” terangnya.
“Digarap oleh pihak lain tidak apa-apa. Yang paling utama itu kesejahteraan masyarakat,” imbuh Iwan.
Menurutnya, aktivitas sumur minyak banyak dimanfaatkan warga setempat untuk mengais rezeki dari mengais luberan minyak yang mengalir, hingga buruh angkut dirigen ke mobil pick up yang mengangkut. Sedangkan setiap dirigen yang telah terkumpul mampu dihargai mencapai Rp 120 ribu.
“Per derigen itu mampu Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu. Iya, mayoritas ibu-ibu, bapak-bapak juga mencari,” tambahnya.
Ia melanjutkan, warga dalam mengais sisa-sisa luberan minyak membuat parit kecil-kecil, untuk mengumpulkan limbah atau hasil luberan minyak. Setelah dirasa banyak, baru dipindah ke derigen yang nantinya akan dijual.
Tidak tanggung-tanggung, terdapat warga yang berencana membongkar rumah demi dijadikan sumur minyak, dikarenakan ekonomi warga setempat dinilai kurang mampu. Sehingga berharap peruntungan dari adanya sumber daya alam yang terkandung di Desa Gandu.
“Sini sendiri, memang ekonominya kurang. Pinginnya bisa mencari pendapatan lain dari pertanian, pinginnya ya bongkar rumah lalu ngebor (minyak),” katanya.
Aktivitas sumur minyak rakyat tersebut telah berjalan kurang lebih 2 tahun belakangan, ia perkirakan jumlahnya kini mencapai puluhan titik.
“Kalau total sumurnya belum tau. kalau puluhan sudah ada, sekitar 40 titik. Kalau dekat masyarakat ada sekitar 5,” katanya.
Meskipun demikian, ia mengaku pernah melarang aktivitas pengeboran di lingkungan penduduk, melalui beberapa perkumpulan masyarakat, baik pada sosialisasi hingga hajat masyarakat.
“Kami pernah melarang aktivitas pengeboran jangan sampai di dekat rumah. Tapi ya tidak mengiyakan juga tidak melarang,” katanya.
Jurnalis: Eko Wicaksono
Editor: Sekar S































