SEMARANG, Lingkarjateng.id – Sejumlah mahasiswa masih ditahan di Polrestabes Semarang buntut peringatan Hari Buruh atau May Day yang ricuh.
“Awalnya 24, sekarang masih ada 14 masa aksi yang ditahan yang terdiri dari mahasiswa dan Persma. Menurut kesaksian tim hukum, ada beberapa masa aksi mengalami luka memar di wajah dan tubuh lainnya,” ujar Asisten Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI-LBH Semarang, Amadela Andra Dynalaida, Jumat, 2 Mei 2025.
Amadela menjelaskan bahwa identitas massa aksi yang ditangkap dan ditahan Polrestabes Semarang berasal dari beberapa kampus, di antaranya UIN Walisongo, Universitas PGRI (Upgris), Universitas 17 Agustus (Untag), Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
“Harapannya hari ini mereka dibebaskan karena ada beberapa yang butuh penanganan medis. Seperti ada yang matanya berdarah dan sebagainya. Seharusnya kalau ada yang sakit pemeriksaan bisa ditunda,” terangnya.
Sebelumnya peringatan May Day di kantor Gubernur Jawa Tengah, massa aksi dan kepolisian saling bersitegang hingga pukul 21.00 WIB pada Kamis, 1 Mei 2025 malam. Mahasiswa yang memadati Jalan Pahlawan Kota Semarang kocar-kacir usai ditembak gas air mata. Sebagian besar massa ada yang menyelamatkan diri dengan masuk ke kampus Universitas Diponegoro (Undip) Pleburan.
Namun di tengah ketegangan tersebut, seorang anggota polisi berseragam sipil atau intel diamankan bahkan diinterogasi oleh massa aksi.
Buntut penangkapan dan penahanan intel tersebut, depan gerbang kampus Undip Pleburan dikepung ratusan polisi.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto membenarkan adanya anggota Polda Jateng yang ditahan massa aksi. Setelah melalui koordinasi yang cukup alot dan berjam-jam, massa aksi sepakat melepas intel tersebut.
“Setelah Wakapolda dan pihak rektorat Undip berkoordinasi kami berhasil menjemput anggota yang berada di dalam kampus Undip dan sekarang sudah kembali ke kantor,” ujar Kombes Pol Artanto, Kamis, 1 Mei 2025 malam.
Penjemputan intel tersebut berbarengan dengan dibebaskannya ratusan mahasiswa yang sempat terjebak di dalam kampus Undip.
Artanto membantah adanya sistem barter untuk membebaskan anggotanya yang ditahan massa aksi.
“Sifatnya koordinasi, kami menjalin komunikasi dengan pihak Undip karena ada anggota di dalam. Setelah proses koordinasi selesai, anggota kami bisa dikeluarkan,” terangnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)