SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan mendorong peningkatan jumlah tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) di wilayah setempat.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menyebut hal itu sebagai upaya untuk mengurangi beban di TPA Jatibarang Kota Semarang.
“Menurut saya inilah yang kita harapkan bisa ada di setiap masyarakat. Belum banyak, tapi saya yakin dengan keteladanan yang diciptakan, lama-lama kota Semarang akan bersih dengan cara seperti ini,” ujarnya saat meninjau langsung pengolahan sampah di TPS3R Pedalangan, Banyumanik, Kota Semarang pada Senin, 7 April 2025.
Ia menambahkan bahwa dengan adanya dana Rp 25 juta per RT tiap tahun, program gotong royong bisa diperluas untuk mewujudkan lingkungan bersih dari titik kampung dan permukiman. Pihaknya juga berharap agar TPS3R Pedalangan bisa menjadi percontohan bagi wilayah lain.
“Yang di sini itu harus kita minta nantinya untuk bisa mengedukasi lingkungan yang lain,” katanya.
Agustin juga mengapresiasi sistem pengelolaan sampah skala kecil di TPS3R Pedalangan yang telah memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik nantinya bisa dijadikan pupuk untuk digunakan di pekarangan warga, sementara sampah anorganik seperti plastik dan kertas dipilah dan dijual kembali.
“Yang pupuk juga langsung dipakai untuk pekarangan masing-masing. Yang plastik dan kertas, sudah ada pengepul yang menjemput langsung,” jelasnya.
TPS3R Pedalangan sendiri memiliki fasilitas pemilahan dengan mesin press untuk mengurangi volume sampah anorganik serta fasilitas pengomposan yang dilengkapi mesin perajang dan pengayak pupuk. Dari total volume sampah 6 m³ per hari, sekitar 4 m³ berhasil dikurangi setiap harinya.
Selain mengunjungi TPS3R Pedalangan, Agustin juga meninjau Bank Sampah Sakura Pedalangan.
Pengurus Bank Sampah Sakura sekaligus tokoh ProKlim RW 3 Kelurahan Pedalangan, Sri Mulyana, menyambut kunjungan Wali Kota Semarang dengan baik.
“Dengan beliau melihat langsung yang ada di lapangan, masyarakat akan sangat mendukung program-program pemilahan sampah dan pengelolaan melalui bank sampah,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa bank sampah yang mulai terorganisir sejak 2019 itu masih membutuhkan penguatan kapasitas dan bantuan sarana.
“Kami membutuhkan capacity building dan bantuan sarana yang diperlukan untuk mendorong semakin majunya bank sampah sebagai bagian dari pengelolaan sampah di wilayah,” jelasnya.
Diketahui, saat ini terdapat 23 titik pengolahan sampah di Kota Semarang, terdiri dari 18 TPS3R berbasis masyarakat, 2 TPS3R dikelola DLH, dan 3 TPST skala kota yakni TPST Undip, TPST Unnes, TPST BSB. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)