PATI, Lingkarjateng.id – Wakil Ketua l Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Hardi, mengatakan petani yang menggunakan pupuk organik masih minim.
Menurut Hardi, sebagian besar petani di Pati masih bergantung menggunakan pupuk kimia, baik itu petani padi maupun palawija. Petani beranggapan penggunaan pupuk organik sulit untuk mengendalikan hama.
“Jadi, sebetulnya PPL (penyuluh pertanian lapangan) kan sudah menganjurkan untuk menggunakan pupuk organik. Akan tetapi petani (yang menggunakan pupuk organik) ini belum, baru sedikit yang memakai,” ujar Hardi pada Sabtu, 26 April 2025.
Hardi yang juga petani mengaku menggunakan pupuk kimia dan pupuk organik. Ia memanfaatkan memanfaatkan penggunaan kotoran hewan yang dicampur sekam padi untuk menyuburkan tanaman tebu miliknya.
“Kalau saya pakai kotoran ayam pedaging. Kandang, bawahnya dikasih sekam. Setelah 40 hari ayamnya dijual, kotorannya kita manfaatkan untuk pukul jagung, tebu, padi, itu sangat bagus,” jelasnya.
Selain itu dari hasil kunjungan kerja Komisi C DPRD Pati di Cirebon beberapa hari lalu, Hadi mendapatkan oleh-oleh terkait pengolahan sampah organik menjadi pupuk. Pihaknya bersama pemerintah berencana membangun sistem pengolahan sampah organik menjadi pupuk.
“Ini nanti Pak Bupati yang baru, pengolahan sampah kan mau diolah nanti kegunaannya untuk pupuk organik. Jadi kita, disamping memakai pupuk kimia, ini perlu dengan adanya pupuk organik,” imbuhnya.
Hardi berharap di Kabupaten Pati terdapat pengolahan sampah organik menjadi pupuk, sehingga dapat mendukung pemaksimalan sampah organik untuk pertanian.
“Tunggu saja, biar nanti sampah di Pati ini perlu pemanfaatan,” tandasnya. (Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)