PATI, Lingkarjateng.id – Tengkulak di Kabupaten menyerap gabah kering panen (GKP) milik petani diatas harga yang ditentukan Presiden Prabowo yakni Rp 6.500 per kilogram.
Sebelumnya dalam unggahan akun TikTok Gagegoorganik, memperlihatkan persaingan Bulog dengan tengkulak saat menyerap gabah dari petani di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati pada Selasa, 18 Februari 2025. Pemilik video menyebutkan tengkulak membeli gabah dari petani dengan harga di atas HPP, yakni kisaran Rp6.600.
Saat dikonfirmasi, Pimpinan Bulog Kantor Cabang Pati, Nur Hardiansyah mengatakan bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan harga serapan GKP yang diterapkan tengkulak saat ini. Harga serapan GKP yang mereka terapkan lebih tinggi dari harga pokok penjualan (HPP) yang diterapkan Bulog justru dapat menguntungkan petani.
“Kalau terjadi di lapangan itu ada Rp 6.500, Rp 6.700 (per kilogram) itu malah bagus. Dalam artian swasta menjalankan intruksi Pak Presiden. Karena kalau dari Bulog sendiri kita sudah dipatok harganya Rp 6.500,” ujarnya pada Kamis, 20 Februari 2025.
Untuk menjual GKP ke Bulog, petani dapat menghubungi anggota TNI yang sudah berkerjasama dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) di masing-masing desa. Melalui mereka, Bulog akan menyerap GKP petani di sawah dengan harga Rp 6.500 per kilogramnya.
“Sudah ada nomornya juga di gudang-gudang, juga sudah menggandeng TNI angkatan darat dengan Babinsa yang anggotanya sudah sampai ke desa itu bisa menginfokan ke kami, oh hari ini ke Kayen panen nah Bulog bisa turun ke situ,” jelas dia.
Dia menjelaskan, bagi petani yang sawah dan hasil panennya terbatas tidak perlu khawatir. Bulog tetap akan menyerap GKP petani baik dalam jumlah sedikit maupun banyak sesuai dengan mekanisme yang ditentukan.
“Kalau secara persyaratan sebenarnya tidak ada, cuma kan seperti ini. Untuk tim jemput gabah kami juga kan pasti bawa muatan truk, lha truknya kalau diisi sedikit cost-nya akan mahal. Cuma kalau bisa dibarengkan waktu menyerap itu bisa,” katanya.
Dengan adanya HPP yang sudah ditetapkan Presiden Prabowo, selain Bulog diharapkan pihak swasta pun membeli GKP petani minimal Rp 6.500 per kilogram. Sehingga, petani tidak mengalami kerugian.
“Sehingga petani mendapatkan cukup keuntungan, bisa meningkatkan semangat untuk nanam,” harap dia.
Sebagai informasi, dari target yang sudah ditentukan tahun ini sebesar 91.800, per 1 Januari-20 Februari 2025 Bulog telah menyerap GKP dari petani di Kabupaten Pati sebanyak 600 ton dan beras sebanyak 3.515 ton.
Disisi lain, Dandim Pati Letkol Inf Jon Young Saragi menekankan kepada seluruh jajarannya agar bergerak cepat pada panen musim tanam (MT) 1, dengan terjun langsung melaksanakan pendampingan kepada para petani di wilayah masing-masing.
Dandim berharap, Babinsa mengetahui seluruh sawah yang ditanam padi di desa binaannya, sehingga para Babinsa mengetahui perkiraan kapan waktu panen.
Hal ini disampaikan Dandim Pati di aula Makodim saat sharing bersama seluruh Komandan Koramil (Danramil) serta Bintara Tinggi Tata Urusan Dalam (Bati Tuud) untuk mensukseskan swasembada pangan. Rabu, 19 Februari 2025.
“Untuk itu saya perintahkan agar para Danramil mengerahkan Babinsa untuk mendata di desa binaaan masing-masing, siapa saja petani yang panen dan ingin hasil panennya diserap atau dibeli oleh Bulog,” sambung Dandim.
Dandim juga berpesan, dalam pelaksanaan tugasnya, para Danramil serta Babinsa agar betul-betul bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan serta bersinergi dengan instansi terkait.
“Jaga sinergitas dan jaga hubungan baik dengan berbagai pihak untuk mensukseskan swasembada pangan,” tutup Dandim. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)