PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Peristiwa sejarah pertempuran 3 Oktober 1945 diperingati dengan khidmat oleh Pemerintah Kota Pekalongan dan masyarakat setempat. Momen heroik ini ditampilkan dalam drama kolosal.
Peristiwa 3 Oktober 1945 ini menjadi pengingat akan perjuangan masyarakat Pekalongan dalam merebut kemerdekaan dari Jepang. Pada pertempuran ini menggugurkan 37 pejuan dan 12 orang terluka.
Drama kolosal pertempuran 3 Oktober 1946 ini digelar di Monumen Djoeang 45 pada Kamis, 3 Oktober 2024 malam dengan melibatkan ratusan pelajar dan masyarakat dengan peran masing-masing.
Usai penampilan drama kolosal tersebut, peringatan pertempuran 3 Oktober 1945 dilanjurkan dengan tasyakuran dan penyerahan tali asih kepada veteran atau perwakilan keluarga veteran yang masih hidup berupa uang apresiasi, sembako, serta plakat penghargaan.
Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo, yang hadir pada peringatan momen Sejarah itu mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk meneladani dan mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan para pahlawan.
“Pertempuran 3 Oktober 1945 bukan sekadar catatan sejarah, tapi cerminan keberanian dan pengorbanan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ujarnya menyampaikan sambutan.
Nur Pri menegaskan tasyakuran ini juga menjadi ajang refleksi atas perjuangan para pahlawan yang harus dilanjutkan oleh generasi saat ini.
“Kita tidak lagi berperang secara fisik, tetapi harus berjuang membangun bangsa ini, menghadapi tantangan global, dan menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera,” sambungnya.
Ia mengingatkan bahwa rasa syukur atas kemerdekaan bukan hanya diwujudkan dalam doa, tetapi melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Kita harus terus mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan yang positif, menjaga persatuan, dan memastikan kesejahteraan seluruh rakyat, terutama di Pekalongan,” tegasnya.
Nur Pri juga menekankan pentingnya menjaga dan mengembangkan nilai keberanian, persatuan, dan gotong royong yang diwariskan oleh para pahlawan sebagai modal menghadapi tantangan masa kini.
“Nilai-nilai perjuangan ini harus terus hidup di tengah masyarakat. Keberanian, persatuan, dan gotong royong adalah kunci menghadapi berbagai tantangan saat ini,” pungkasnya. (Lingkar Network | Fahri Alakbar – Lingkarjateng.id)