BLORA, Lingkarjateng.id – Waduk Greneng di Dukuh Greneng, Desa/Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora bisa jadi alternatif tempat rekreasi pada libur akhir tahun 2025.
Berada sekitar 12 kilometer dari pusat kota Blora, Waduk Greneng dengan luas sekira 64 hektare menawarkan panorama alam indah bagi pengunjungnya. Oleh pengunjung, tempat ini disebut-sebut mirip Telaga Sarangan.
Sayangnya, pengelolaan Waduk Greneng belum mendapatkan atensi serius dari BBWS Pemali Juana dan Pemerintah Kabupaten Blora.
Sujaedi, salah satu pengelola perahu wisata di Waduk Greneng berpendapat keberadaan waduk tersebut masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah daerah.
“Kalau tantangannya ya itu, BBWS Pemali Juana dan Pemkab Blora kelihatannya masih melihat waduk ini sebelah mata,” ujar Sujaedi, Sabtu, 27 Desember 2025.
Sujaedi yang berasal dari Kecamatan Ngawen mengaku telah menetap dan beraktivitas di sekitar Waduk Greneng sejak 1991 menyatakan hingga saat ini fungsi utama waduk masih difokuskan sebagai sumber pengairan lahan pertanian warga. Kendati demikian, waduk tersebut juga dimanfaatkan sebagai wisata air sederhana.
Ia mengaku mengelola 20 unit perahu yang disewakan kepada pengunjung dengan tarif Rp20 ribu per hari. Perahu-perahu tersebut umumnya digunakan wisatawan untuk memancing atau sekadar berkeliling waduk.
“Banyak yang datang untuk mancing, bahkan ada yang dari Solo. Kalau keliling waduk bisa sampai ke seberang, lewat Dukuh Kelapanan dan Dukuh Ngasinan,” jelasnya.
Selain itu, Waduk Greneng juga menyimpan potensi perikanan yang cukup melimpah, seperti ikan tombro, nila, patin, bawal, hingga udang berukuran besar. Namun, potensi tersebut masih bersifat alami dan belum dikembangkan melalui sistem budidaya.
“Masih alami semua. Padahal kalau dikembangkan, potensinya sangat besar,” tambahnya.
Dari sisi wisatawan, Waduk Greneng dinilai memiliki panorama alam yang menarik. Hal itu diungkapkan Fitriana, wisatawan asal Desa Sendangwungu, Kecamatan Banjarejo, yang kerap berkunjung ke lokasi tersebut.
“Menurut saya bagus, pemandangannya hampir mirip Sarangan, tapi versi sederhana. Bisa dibilang Sarangannya Blora,” ujar Fitriana.
Meski demikian, ia menilai masih terdapat sejumlah kekurangan yang perlu dibenahi, di antaranya keterbatasan sinyal komunikasi, minimnya penghijauan, penataan kawasan yang belum rapi, serta kebersihan yang belum optimal.
“Masih kurang hijau dan kurang tertata. Kebersihannya juga perlu ditingkatkan,” katanya.
Sebagai wisatawan, Fitriana menilai Waduk Greneng merupakan pilihan wisata yang terjangkau dan cocok untuk melepas penat karena lokasinya yang relatif jauh dari keramaian kota.
Ia berharap ke depan kawasan waduk dapat ditata lebih baik, dilengkapi penghijauan di area tepian, fasilitas pendukung wisata, hingga pembangunan restoran atau penginapan yang memanfaatkan panorama waduk.
“Kalau ada resto atau fasilitas yang lebih bagus, pasti akan semakin menarik,” pungkasnya.
Jurnalis: Eko Wicaksono
Editor: Ulfa
































