SOLO, Lingkarjateng.id – Acara kuliner malam bertajuk “Solo di Waktu Malam” menjadi magnet baru bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta masyarakat Kota Solo. Diselenggarakan setiap Sabtu malam di area Pasar Gede Solo, acara ini menawarkan sistem partisipasi sederhana, biaya ringan, dan peluang besar bagi UMKM yang baru merintis.
Dengan hanya membayar Rp 50.000,00 per tenant dan bagi hasil 15% dari penjualan, acara ini dinilai sebagai ruang usaha yang fair. Tidak ada biaya sewa tempat, sehingga cocok untuk UMKM baru. Salah satu peserta, Erlangga, pemilik Copsus Coffee, mengaku tertarik untuk mengikuti event ini karena kemudahan sistem dan peluang pasar yang terbuka lebar.
“Acara ini masih baru dan saya sedang merintis usaha. Sistemnya mudah dan cocok untuk pelaku UMKM. Cukup bayar admin di awal, lalu sistem bagi hasil. Tidak perlu sewa tempat,” ujar Erlangga.
Acara “Solo di Waktu Malam” menerapkan sistem pendaftaran sederhana melalui online form. Meski terbuka untuk semua UMKM, panitia tetap melakukan seleksi tenant untuk memastikan variasi dan kualitas produk. Proses ini menjaga daya tarik acara agar tidak monoton dan memberi kesempatan bergilir bagi banyak pelaku usaha.
“Untuk ikut acara ini ada penyaringan tenant. Jadi, panitia memilih siapa yang akan berjualan. Ini bagus supaya pengunjung tidak bosan,” jelas Erlangga.
Tenant yang ingin kembali berjualan di minggu berikutnya harus mendaftar ulang meskipun sudah pernah ikut. Dengan sistem rotasi ini, pengunjung mendapat pengalaman kuliner yang berbeda setiap pekan. “Saya harus daftar lagi setiap minggu, yang berjualan tidak tetap. Tapi ini memberi peluang luas bagi pelaku UMKM lain,” tambahnya.
Sebagai acara terbuka, persaingan antar tenant juga cukup ketat. Erlangga menyebut sudah ada beberapa penjual kopi lainnya. Namun, ia menganggap hal tersebut sebagai persaingan sehat. “Saingannya lumayan, tapi ini bagus. Artinya banyak yang percaya dengan acara ini,” katanya.
Dari sisi pengunjung, antusiasme cukup tinggi. Mereka tertarik dengan harga, cita rasa, dan variasi produk kuliner yang tersedia. “Kopi yang kami jual bukan kopi sachet, tapi manual brew ala kafe. Rasanya tetap enak, tapi harganya saya sesuaikan supaya bisa dijangkau semua kalangan,” ungkapnya.
Selain daya tarik dari sisi penjual, lokasi dan suasana acara juga menjadi alasan banyak orang datang. Pasar Gede dikenal sebagai pusat kuliner legendaris di Solo. Suasana malam yang ramai dan terbuka membuat pengunjung betah berlama-lama.
Culbert, salah satu pengunjung, mengaku terkesan dengan konsep event ini. “Acara ini sangat menarik untuk masyarakat yang ingin cari vibes lain di malam minggu. Lokasinya strategis, mudah untuk diakses, dan suasananya santai,” ujar Culbert.
Menurut Culbert, keunggulan utama acara ini adalah keragaman tenant dan kuliner yang tersedia. “Di satu tempat, kita bisa menikmati berbagai macam kuliner tradisional. Harapannya, semoga ke depannya acara ini makin ramai dan UMKM-nya lebih bervariasi,” tambahnya.
Event “Solo di Waktu Malam” bukan sekadar tempat kulineran, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan ekonomi lokal. Dengan biaya ringan dan sistem adil, banyak pelaku UMKM pemula yang mendapat kesempatan tampil. Selain kuliner, event ini juga menghadirkan hiburan seperti live music, dekorasi yang menarik, dan area duduk nyaman, menciptakan suasana malam yang berbeda.
Erlangga berharap penyelenggara terus meningkatkan kualitas acara. “Semoga dekorasi ke depannya lebih menarik, para penampilnya semakin bagus, dan promosinya lebih gencar,” tutur Erlangga.
Meskipun sudah berjalan lancar, pelaku UMKM dan pengunjung memiliki sejumlah harapan untuk pengembangan acara ini. Pengunjung berharap promosi lebih luas agar masyarakat Solo semakin mengenal acara ini. Pelaku UMKM berharap dekorasi dan hiburan ditingkatkan agar daya tarik semakin kuat.
Culbert juga menyampaikan harapan senada. “Kalau promosinya makin luas dan tenant makin
beragam, saya yakin acara ini bisa jadi ikon kuliner malam di Solo,” ujarnya.
Dengan konsep sederhana namun kuat, “Solo di Waktu Malam” terbukti mampu menarik perhatian dalam waktu singkat. Sistem partisipasi yang ringan, lokasi strategis di Pasar Gede, dan suasana malam yang hidup membuat acara ini memiliki potensi besar menjadi ikon kuliner malam Kota Solo.
Melalui sinergi antara panitia, penyelenggara, pelaku UMKM, dan masyarakat, acara ini bukan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal tetapi juga memperkuat identitas Solo sebagai kota kuliner dan budaya. Jika terus dikembangkan, “Solo di Waktu Malam” dapat menjadi destinasi favorit warga dan wisatawan setiap akhir pekan.
Penulis: Vania Filma Putri Prasita
Lembaga: Universitas Sebelas Maret

































