DEMAK, Lingkarjateng.id – Sebanyak 181 sekolah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah telah menyandang predikat sekolah Adiwiyata. Penghargaan tersebut diberikan oleh pemerintah kepada sekolah-sekolah yang menerapkan program berbasis lingkungan atau budaya peduli lingkungan.
Jumlah tersebut, meliputi berbagai tingkatan seperti tingkat kabupaten, provinsi, nasional serta mandiri.
Plt Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Demak, Sudarwanto menyampaikan bahwa kesadaran sekolah-sekolah yang menerapkan program Adiwiyata terus mengalami peningkatan.
“Ini menunjukkan tren positif. Semangat sekolah-sekolah di Demak untuk peduli lingkungan makin tinggi,” katanya,
Sudarwanto menyebut, dari total tersebut, diantaranya 140 sekolah menyandang predikat Adiwiyata tingkat kabupaten, lalu 24 sekolah tingkat provinsi, 13 sekolah nasional, dan 4 sekolah sudah Mandiri.
Namun demikian, pihaknya menjelaskan, bahwa setiap sekolah yang sudah menyandang predikat Adiwiyata diwajibkan memperbarui statusnya setiap empat tahun.
“Jika tidak melakukan pembaruan atau peningkatan, maka sekolah bisa turun peringkat. Misalnya sudah Adiwiyata Nasional tapi tidak memperbarui, bisa turun ke tingkat Provinsi. Jadi harus ada peningkatan berkelanjutan, seperti akreditasi,” jelasnya.
Dia juga mengungkap, keberhasilan sekolah Adiwiyata juga menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian Adipura atau penghargaan kota bersih tingkat nasional.
“Jika semakin banyak sekolah berstatus Adiwiyata, maka peluang daerah meraih Adipura semakin besar,” ungkapnya.
Sudarwanto juga menerangkan, dalam proses penilaian, DLH melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, hingga Kementerian Agama, karena program ini menyentuh aspek kesehatan, sosial, dan pendidikan.
“Evaluasi dilakukan secara berjenjang sesuai tingkatan predikat,” katanya.
Dalam mendapat penghargaan sekolah Adiwiyata, lanjut kata dia, perlunya kebersamaan seluruh elemen sekolah dalam menjalankan berbagai program berbasis lingkungan.
“Yang dinilai bukan hanya kepala sekolah atau guru, tetapi semua stakeholder, termasuk siswa, komite, bahkan masyarakat sekitar. Semakin banyak yang terlibat, nilainya semakin tinggi,” bebernya.
Dengan mendapat penghargaan predikat Adiwiyata, diharapkan sekolah tersebut mampu menjadi percontohan atau mentor bagi sekolah lain agar turut bisa merealisasikannya.
“Kalau ada satu sekolah Mandiri, dia wajib membina minimal sepuluh sekolah tingkat Kabupaten agar naik jenjang. Jadi ada sistem saling membina,” ujarnya.
Dinas terkait, terus mendorong sekolah yang belum masuk Adiwiyata Kabupaten agar segera diverifikasi, dengan harapan budaya lingkungan di dunia pendidikan semakin meluas.
“Kami targetkan semua jenjang pendidikan ikut, mulai dari SD hingga tingkat SLTA. Dengan begitu, budaya lingkungan semakin meluas di dunia pendidikan,” tandasnya.
Jurnalis: Burhanuddin Aslam
Editor: Sekar S

































