SALATIGA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) mencatat sebanyak 547 balita di bawah usia lima tahun di wilayah setempat mengalami stunting atau gangguan pertumbuhan.
Kepala DP3AP2KB Kota Salatiga, Yuni Ambarwati, mengatakan bahwa dalam upaya pencegahan stunting, pihaknya telah melakukan berbagai macam intervensi spesifik maupun sensitif. Melalui intervensi serentak yang telah dilaksanakan pada Juni 2024, pihaknya berhasil mendata 5,6 persen atau 547 balita stunting yang ada di Kota Salatiga. Sedangkan, target prevalensi stunting Kota Salatiga di tahun 2024 adalah sebesar 14 persen.
“Dari data tersebut, berbagai langkah terus dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penanganan stunting di Salatiga,” katanya pada Minggu, 6 Oktober 2024.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga, Prasit Al Hakim, menyatakan bahwa penanganan stunting memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Menurutnya, harus harus ada integrasi dengan kegiatan yang ada di dinas dan puskesmas yang ada di wilayah Kota Salatiga, sehingga program yang dijalankan tidak tumpang tindih.
“Pendampingan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang ada di wilayah juga ditingkatkan. Tidak hanya itu saja, kita juga membutuhkan bantuan dan dukungan dari pejabat yang menaungi kewilayahan seperti camat dan lurah,” ujar Prasit.
Menurutnya, dalam penanganan stunting, Dinkes Kota Salatiga juga akan memanfaatkan psikolog dari civitas akademik seperti UIN Salatiga dan UKSW. Rencananya, mereka akan memberikan pelayanan konsultasi kepada para ibu di wilayah setempat.
“Sedangkan makanan tambahan, tablet penambah darah maupun susu bisa diberikan kepada ibu hamil. Kader-kader kesehatan juga perlu memberikan pendampingan agar tepat sasaran,” terangnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj.) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, mengatakan bahwa pencatatan jumlah balita stunting di wilayah setempat dilakukan hingga tingkat desa/kelurahan.
“Datanya riil sampai tingkat kelurahan sudah ada. Maka penanganannya bisa lebih fokus pada masing-masing anak balita tersebut,” katanya.
Menurutnya, tahun ini Pemkot Salatiga juga melakukan kerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk penanganan stunting per anak. Sehingga, treatment yang diberikan nantinya akan disesuaikan dengan kondisi tiap anak. (Lingkar Network | Angga Rosa – Lingkarjateng.id)