Mudahkan Pelayanan dan Koordinasi, Pemkot Salatiga Gagas Perkantoran Satu Klaster

Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani. (Dok. Prokompim Setda Salatiga/Lingkarjateng.id)

Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani. (Dok. Prokompim Setda Salatiga/Lingkarjateng.id)

SALATIGA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota atau Pemkot Salatiga akan menggunakan bangunan empat lantai di Pasaraya II Salatiga yang ada di Jalan Jendral Sudirman Kota Salatiga untuk difungsikan kembali sebagai pusat perkantoran dalam satu klaster.

Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, mengatakan bahwa tujuan pembentukan pusat perkantoran satu klaster itu untuk mendekatkan pelayanan organisasi perangkat daerah (OPD) kepada masyarakat serta mempermudah koordinasi dan konsolidasi antar OPD.

“Salah satu program saya yaitu membuat perencanaan untuk tidak menyatukan kantor atau terpusat. Tetapi membagi menjadi beberapa klaster. Akan kami lihat bangunan mangkrak bekas mall, bisa nggak di situ jadi Kantor Satpol PP, Kesbangpol, Dinas Perdagangan,” katanya, Selasa, 9 Januari 2024.

Yasip berpendapat, penempatan perkantoran di jantung Kota Salatiga akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang diperlukan. Selain itu pihaknya meyakini berkantor yang dekat aktivitas publik dapat mengoptimalkan pelayanan publik.

Menurut Yasip, Kota Salatiga masih memiliki lahan cukup luas untuk dimaksimalkan pemanfaatannya. Ini mendukung peningkatan pelayanan publik seiiring bertambahnya jumlah penduduk.

“Kota Salatiga dengan luas wilayah 54.981 kilometer, jumlah penduduknya saat ini mencapai 200.738 jiwa. Untuk pelayanan publik harus terus ditingkatkan,” ucapnya.

Proyeksi 20 tahun kedepan Pemkot Salatiga, kata Yasip, Salatiga tidak mungkin menjadi kota industri akan tetapi memiliki peluang menjadi kota jasa.

“Yang mungkin bisa dilakukan Kota Salatiga adalah sebagai kota jasa, khususnya kuliner. Oleh karena itu, festival-festival kuliner perlu mulai direncanakan dan dikolaborasikan dengan festival yang lain. Seperti festival toleran yang akan dilakukan secara rutin di Kota Salatiga dan festival-festival lainnya,” terangnya.

Menurutnya, festival yang dikembangkan di Kota Salatiga tetap berbau toleran dan kebhinekaan sehingga sesuai dengan ciri khas dari Salatiga. 

“Dengan demikian branding Kota Salatiga bisa masuk. Karena saat ini, kota kuliner yang terkenal itu bukan Salatiga tapi Solo. Padahal, di sini lebih banyak jenis kulinernya, tapi belum terekspos saja,” pungkasnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Koran Lingkar)

Exit mobile version