JEPARA, Lingkarjateng.id – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara menghadirkan empat pemateri dalam pelatihan pemasaran digital bagi pelaku wisata. Pelatihan pemasaran digital berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang merupakan program dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia (RI) tersebut diikuti 45 pelaku wisata dan digelar selama empat hari 24 – 27 Juni 2024.
Adapun empat pemateri yang dihadirkan yakni Rizki Mulyantara, Ghozy Dzikri, Aulia Oktaviana, dan Fauzan Mawardi.
Rizki Mulyantara selaku Chief Executive Officer (CEO) Digitiket menyampaikan edukasi dan berbagi informasi bagaimana membaca pasar dan menggali potensi wisata yang ada di Jepara sehingga bisa dikenal oleh khalayak ramai. Pihaknya juga menyampaikan materi teknik pengambilan gambar, serta editing sebelum diunggah di media sosial.
“Potensi wisata yang ada di Jepara ini luar biasa. Kami rasa tepat dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Disparbud Kabupaten Jepara,” kata Rizki selaku pemateri terkait tren destinasi wisata, digitalisasi destinasi wisata dan video destinasi wisata.
Disparbud Jepara Latih 45 Pelaku Wisata Skill Pemasaran Digital
Rizki menjelaskan pentingnya digitalisasi dalam pemasaran objek wisata. Sebab mayoritas masyarakat mencari informasi melalui media sosial sebelum memutuskan untuk berkunjung ke destinasi wisata.
“Bisa dengan Youtube, TikTok, dan Google. Perlu diperhatikan reviu atau ulasan yang ada di Google. Jika review-nya bagus dan bintang lima, maka wisatawan tidak akan ragu untuk berkunjung ke sana,” bebernya.
Selain itu, dirinya menekankan agar pengelola wisata bisa memaksimalkan media sosial khususnya Google dalam mengelola ulasan. Semakin banyak yang memberikan ulasan positif maka semakin naik juga destinasi wisata tersebut.
Kemudian poin utama yang perlu diperhatikan oleh para pengelola wisata adalah sasaran pasarnya. Jadi, sebelum melakukan promosi perlu ditentukan terlebih dahulu sasaran pasarnya agar bisa tepat.
“Jika targetnya adalah kepala keluarga usia 30-an tahun ke atas, maka perlu dilakukan sosialisasi melalui Facebook. Karena mayoritas mereka pengguna platform tersebut. Namun, jika targetnya anak-anak muda saat ini, berarti melalui Tiktok atau Instagram,” ungkapnya.
Pemateri lainnya, Ghozy Dzikri, menambahkan bahwa teknik pemasaran yang dilakukan oleh beberapa pelaku wisata di Kabupaten Jepara ini sudah baik, namun perlu pengembangan agar semakin maksimal.
“Kami berharap kedepannya, para peserta bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari pelatihan ini dengan maksimal. Sehingga bisa menarik wisatawan untuk berkunjing ke Jepara,” kata Ghozy yang menyampaikan materi teknik pengambilan foto destinasi wisata.
Sementara itu salah satu peserta Latihan, Aviola, mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan pemasaran digital namun mengaku masih ada kesalahan. Misalnya mencantumkan nomor atau narahubung yang sudah tidak aktif dalam informasi yang disampaikan di media sosial.
“Kegiatan ini cukup mengoreksi langkah-langkah yang sudah kami lakukan dalam melakukan pemasaran digital,” kata Aviola selaku pengelola Hufadz Stable Jepara.
Ia mengaku sangat menunggu momen pemasaran digital yang sudah ia lakukan mendapat ulasan dan dikoreksi oleh pemateri, sehingga bisa tahu kekurangan yang harus dibenahi.
Dirinya berharap kegiatan pelatihan ini tidak hanya berhenti setelah selesai pelatihan, melainkan ada kontrol dari pemateri untuk memantau bagaimana perkembangan pemasaran digital yang ia lakukan.
“Kami ingin adanya map (peta) wisata untuk di Jepara. Jadi, ketika wisatawan ingin berlibur ke Jepara, cukup membuka map tersebut untuk melihat dan memilih destinasinya. Jepara tidak hanya indah dengan wisatanya, namun budaya dan sejarahnya juga tidak kalah menarik untuk diulik,” harapnya. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkar.news)


































