Tarik Peminat, Bupati Hafidz Minta Kain Batik Lasem Dibuat Pakaian

Tarik Peminat, Bupati Hafidz Minta Kain Batik Lasem Dibuat Pakaian

MEMBATIK: Pengrajin batik tulis Lasem di Desa Sendangasri, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. (R. Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Batik tulis Lasem sebagai produk kerajinan khas Kabupaten Rembang terus mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten. Berbagai upaya dilakukan dari mulai pelatihan pemasaran sampai menggelar berbagai event tentang batik tulis Lasem, seperti fashion show atau pun karnaval.

Namun demikian, Bupati Hafidz menyebut masih ada hal yang perlu dilakukan agar batik tulis Lasem semakin diminati. Kekurangan itu adalah tentang produk batik tulis dalam bentuk pakaian jadi.

Perlu penjahit dengan keahlian khusus untuk membuat pakaian dengan berbahan kain batik tulis yang motifnya bermacam-macam. Sehingga, hasilnya akan lebih baik dan lebih diminati terutama bagi mereka yang berkeinginan beli pakaian jadi batik tulis Lasem.

“Belum ada yang menyinkronkan motif dengan pakaian jadinya itu, ini salah satu keluhan yang disampaikan desainer-desainer. Sehingga perlu ada rekanan khusus yang menangani tentang pembuatan pakaian dari batik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bupati Hafidz meminta Dinas Perdagangan dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) untuk mencari jalan keluarnya. “Misalnya ada 10 penjahit khusus untuk menangani batik tulis Lasem. Supaya apa yang kita harapkan bisa terpenuhi untuk pakaian jadinya,” pungkasnya.

Handi Ardian salah satu warga Rembang yang suka tampil modis dengan pakaian batik tulis Lasem mendukung jika semakin banyak dijual batik tulis dalam bentuk jadi dengan desain yang tidak monoton. Dirinya memang seringkali membuat baju batik dengan variasi desain.

“Mendukung sekali, karena selama ini aku yang rancang sendiri baru aku bawa ke penjahit. Belum banyak penjahit berani membuat pakaian batik yang tampil beda,” tuturnya.

Dikatakan Handi, biasanya penjahit yang menerima kain batiknya diberikan panduan secara detail agar hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurutnya penjahit sudah memiliki keinginan untuk membuat kreasi baru, namun belum ada keberanian. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)

Exit mobile version