Tangkal Radikalisme, Bupati Kudus Bekali Santri Ilmu Bijak Bermedsos

Tangkal-Radikalisme,-Bupati-Kudus-Bekali-Santri-Ilmu-Bijak-Bermedsos

MENYAMPAIKAN: Bupati Kudus HM Hartopo saat memberikan materi kepada santri di Ponpes Roudlotut Tholibin. (Nisa Hafizhotus Syarifa/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id Radikalisme di era digital dapat menyebar secara cepat melalui media sosial. Hal ini yang menjadikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus gencar melakukan antisipasi untuk melawan radikalisme.

Bupati Kudus HM Hartopo membekali para santri dengan ilmu bijak menggunakan media sosial melalui kegiatan optimalisasi peran santri dalam antisipasi radikalisme. Kegiatan itu dilaksanakan di Ponpes Roudlotut Tholibin, Kelurahan Kerjasan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus pada Kamis, 14 Juli 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Kudus menjelaskan bahwa radikalisme berawal dari adanya ketimpangan sosial yang menimbulkan pergerakan revolusi. Ia menyebut, sempat ada dua spektrum radikalisme yang pernah terjadi di Indonesia, yakni sayap kiri dan kanan. 

Perangi Radikalisme di Era Digital, Bupati Kudus: Manfaatkan Media Sosial

“Sejarah mencatat betapa kejamnya dan kerasnya paham radikalisme, baik sayap kiri maupun kanan sama-sama ingin mempengaruhi orang supaya melakukan pergerakan dengan kekerasan,” ujarnya.

Zaman serba teknologi saat ini, paham-paham tersebut masih banyak disebarkan melalui media sosial. Disamping upaya menangkal hoaks dengan fakta, Pemerintah Kabupaten juga memberikan sosialisasi seputar etika bermedia sosial.

“Kami pemerintah selalu berupaya menangkal dan menelusuri berita-berita hoaks yang beredar. Namun tak kalah penting, kita harus membentengi diri dan jangan mudah percaya sebuah berita yang belum tentu kebenarannya. Pastikan dulu faktanya sebelum membagikannya ke teman,” pesannya.

Sementara itu, Ketua MUI Kudus Ahmad Hamdani Hassanuddin yang turut menjadi narasumber dalam acara tersebut menyampaikan mengenai cara membendung paham radikalisme untuk santri. 

Di antaranya adalah dengan memiliki pemahaman agama yang benar, bergabung dengan lingkungan yang moderat, mendakwahkan Islam serta mencerminkan sikap perilaku yang moderat.

“Mendakwahkan islam yang moderat dengan membiasakan sikap-sikap dan perilaku yang moderat. Jangan mengafirkan orang lain atau kelompok yang tidak sependapat,” tuturnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)

Exit mobile version