Plafon Disangga Bambu, Siswa di Grobogan Terpaksa Belajar di Ruang Kelas Rusak

RUSAK PARAH: Plafon di ruang kelas II SDN I Asemrudung, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan terpaksa disangga tiang bambu. (Muhamad Ansori/Lingkarjateng.id)

RUSAK PARAH: Plafon di ruang kelas II SDN I Asemrudung, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan terpaksa disangga tiang bambu. (Muhamad Ansori/Lingkarjateng.id)

GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Tiga ruang kelas di SDN 1 Desa Asemrudung, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan rusak parah. Sekolah dengan total 100 siswa itu sebagian terpaksa belajar di ruang kelas yang tak lagi layak, bahkan ada ruang kelas yang terpaksa menggunakan tiang bambu untuk menyangga plafon tidak ambrol.

Tiga ruang kelas itu yakni di kelas satu yang diisi 14 siswa, kelas dua dengan 18 siswa, dan kelas tiga terdapat 19 siswa. Ruang kelas yang rusak itu sudah berlangsung lama sejak 2016.

Sementara kerusakan terparah terjadi di ruang kelas tiga. Plafon atap terlihat ambrol, begitu juga dengan penyangga atap yang sudah lapuk. Kemudian pada dinding kelas juga terdapat keretakan di beberapa titik.

Akibat kerusakan itu, para siswa sejak dua tahun ini dipindahkan ke ruang guru TK. Sebab para guru di sekolah itu khawatir bila sewaktu-waktu ada bagian atap yang ambrol dan menjatuhi siswa.

Ruang belajar siswa kelas terpaksa dialihkan sebab ruang kelas tersebut sudah tak bisa dipakai. Pihak sekolah pun tak berani mengambil risiko dengan tetap menempatkan siswa di ruangan itu.

Salah satu guru SDN I Asemrudung, Sri Rahayu, mengatakan pihaknya was was saat mengajar. Terlebih saat musim hujan dan angin karena bagian plafon dan atap banyak yang rusak.

“Kami sebagai guru juga khawatir kalau ambrol. Selain itu ini banyak juga yang bocor. Kalau habis hujan tiap hari kami membersihkan,”  jelasnya, pada Kamis, 6 Oktober 2022.

Sejumlah kerusakan juga terdapat pada ruang kelas satu dan ruang kelas dua. Akan tetapi, untuk dua ruang kelas tersebut masih digunakan karena tidak ada alternatif ruangan lain. Hanya saja kondisinya juga sama memperihatinkan. Plafon pada dua ruang kelas itu sebagian ambrol.

Bahkan untuk ruang kelas II, pihak sekolah sengaja mengganjal atap dengan bambu. Ada dua bambu yang dipakai. Itu berada di antara tempat duduk siswa.

Seorang siswa kelas II, Anisa, menyebut dirinya takut dengan kondisi ruang kelas yang rusak parah itu terutama ketika angin dan hujan. Oleh sebab itu para siswa berharap sekolah dapat segera melakukan perbaikan supaya tenang dalam belajar.

“Takut kalau ketiban. Kalau hujan bocor. Penginnya nanti bangunannya jadi bagus,” harapnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)

Exit mobile version