Kedelai Mahal, Harga Tahu di Jepara Diprediksi Terus Melambung

Kedelai Mahal, Harga Tahu di Jepara Diprediksi Terus Melambung

BEKERJA: Karyawan pabrik tahu sedang menjalankan aktivitas membuat tahu. (Muslichul Basid/Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.id Imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kini mulai berdampak pada harga komoditas kedelai yang berakibat terhadap kenaikan harga tahu.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah seorang pedagang tahu di pasar tradisional di wilayah Kabupaten Jepara Fatkhur Rohnan (62) yang mengungkapkan bahwa saat ini harga tahu mengalami kenaikan sebesar Rp5.000 per blong.

“Rata-rata kenaikannya kisaran Rp5.000 per blong,” kata Fatkhur saat ditemui pada Selasa, 27 September 2022.

Fatkhur menyatakan, semula harga tahu sebelum ada penyesuain dari produsen berkisar antara Rp90.000 per blong atau bervariatif tergantung kualitasnya. Akan tetapi, dengan adanya kenaikan tersebut, kini harga tahu mencapai Rp95.000 hingga Rp102.000 per blong.

“Kenaikannya lantaran dipicu ongkos produksi akibat kenaikan harga kedelai yang saat ini naik mencapai Rp12.800 per kilogram,” ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, ia merasa khawatir akan semakin memberatkan para pedagang dan juga produsen tahu, khususnya di Jepara. Pasalnya, harga tersebut diprediksi akan terus melambung.

“Informasi dari pabrik tahu akan ada penyesuain lagi, diprediksi akan terus naik beberapa hari ke depan,” tuturnya dengan cemas.

Senada, Heni (52) salah satu perajin tahu di Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara mengaku, saat ini sudah menaikkan harga tahu sebesar Rp3.000 per blong.

“Terpaksa menaikkan harga per papan tahu menjadi Rp34.000 yang berarti ada kenaikan harga per blong tahu sebesar Rp3.000,” keluh Heni.

Menaikkan harga terpaksa ia lakukan karena harga kedelai bulat hijau atau kedelai impor terus mengalami kenaikan harga semenjak pandemi Covid-19. Ditambah juga terkena imbas kenaikan BBM yang membuat ongkos produksi tahu juga semakin meningkat.

“Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp13.000 per kilogram, untuk aksi libur produksi serentak saya kok pesimis karena pada tidak kompak seperti kenaikan harga sekarang ada yang hanya Rp1.000, Rp3.000, bahkan Rp5.000,” terangnya.

Heni berharap, pemerintah melalui kebijakannya dapat mengontrol kenaikan harga kedelai yang terus melambung sejak pandemi dan menurunkan harga-harga bahan pokok. Sehingga nantinya dapat menguatkan daya beli masyarakat.

“Harapannya, pemerintah itu kalau bisa menurunkan harga kedelai dan juga bahan pokok lainnya sehingga daya beli masyarakat meningkat,” harapnya. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)

Exit mobile version