Hampir 2 Bulan Pasar Hewan Blora Tutup, Pedagang Sapi Menjerit

POTRET: Kondisi pasar hewan di Pasar Pon Blora tutup operasional sejak 10 Januari 20203 untuk mencegah penyebaran penyakit PMK. (Subekan/Lingkarjateng.id)

POTRET: Kondisi pasar hewan di Pasar Pon Blora tutup operasional sejak 10 Januari 20203 untuk mencegah penyebaran penyakit PMK. (Subekan/Lingkarjateng.id)

BLORA, Lingkarjateng.id – Tutupnya pasar hewan (Pasar Pon, red) Kabupaten Blora mulai dikeluhkan para pedagang hewan. Pasalnya sudah hampir dua bulan sejak 10 Januari 2023  mereka tidak bisa jualan ternak di Blora.

Bahkan para pedagang terpaksa harus hijrah ke luar Blora untuk menjual dan membeli sapi. Para pedagang ternak berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora hadir memberikan solusi dan membuka kembali Pasar Pon agar kembali ramai.

Penutupan Pasar Pon ditengatai merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak. Kebijakan ini diterapkan untuk mencegah penyebaran penyakit PMK pada hewan ternak sapi, kambing dan kerbau.

Pasar Pon sendiri, merupakan gabungan dari pasar hewan dan pasar loak. Pasar yang terletak di Kelurahan Karangjati, Blora, itu buka setiap pasaran Pon (Pasaran Jawa, red).

Ada 3.887 Temuan Kasus PMK di Blora, 332 Sapi Mati Terinfeksi

Salah satu pedagang sapi asal Blora, Bakri, mengaku, Pasar Pon sudah tutup sejak 10 Januari hingga sekarang. Namun untuk pasar di luar Blora, seperti Pasar Wirosasi, Pamotan, Jatirogo Jatim, Padangan, dan lainnya tetap buka.

“Pasar tutup katanya ada PMK. Kalau sekarang mau tidak mau, ya, jual di luar Blora. Kalau ini terus dilakukan kasihan para pedagang,” terangnya.

Bakri berharap Pasar Pon Blora bisa dibuka kembali sehingga perekonmian masyarakat bisa kembali bergeliat.

“Kalau seperti ini, pedagang sapi menjerit. Mau tidak mau jual di pasar luar Blora,” imbuhnya.

Selama pasar tutup, dirinya mengaku hanya bisa menjual sapi sekitar tiga hingga empat ekor saja. Jumlah tersebut berkurang 50 persen lebih.

“Mohon pasarnya dibuka. Pemerintah bisa keliling di wilayah lain, pasar hewan pada buka, kenapa di sini tidak,” ujarnya.

Begitu juga dengan, Tri Sutam, pedagang sapi lainnya, dia berharap Pasar Pon jangan terlalu lama tutup. Sebab masyarakat sekitar pasar juga banyak yang cari penghidupan di pasar ini.

Cegah PMK, Lalu Lintas Ternak di Pasar Hewan Grobogan Diawasi Ketat

“Di sini tiap kali buka ada ratusan sapi yang datang. Ekonomi berputar. Kalau seperti ini, mandek,” jelasnya.

Setelah Pasar Pon tutup, dirinya dan pedagang lainnya sekarang jualan di luar Blora. Seperti Bojonegoro, Wirosari dan lainnya.

“Di sana buka. Tidak kayak di Blora,” sambungnya.

Ia mengaku di luar Blora banyak juga sapi yang sakit. Namun dari dinas terkait ada perhatian, mulai dari vaksinasi maupun penyemprotan.

“Sebelum sapi masuk divaksin dan diperiksa kesehatannya. Kalau sakit disuruh pulang, kembali,” tegasnya.

Peternak di Pati Tolak Vaksin PMK, Ngaku Hewan Ternak Sudah Sehat

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa di pasar hewan lain tiap pasaran ada petugasnya. Saat masih di armada diperiksa kesehatannya. Bagi yang sudah vaksin ada tandanya. Kalau belum vaksin mereka bawa surat kesehatan. Sehingga perekonomian tetap bisa berjalan.

“Jadi instansi terkait tutup tangan semua. Tidak seperti disini, pasar tutup,” tambahnya.

Menurutnya, tutupnya pasar hewan bukan solusi terbaik. Dinas terkait hendaknya turun tangan, jika ternak sakit bisa diminta kembali. Ia berharap pemerintah tidak saklek dalam menerapkan kebijakan.

“Yang jelas, para pedagang pada menjerit dengan tutupnya pasar hewan ini. Perputaran ekonomi mandek. Intinya ditutup monggo ditutup, tapi, ya, mikir para pedagang juga,” lanjutnya.

Penyakit LSD Meluas, Dislutkanak Batang Gencarkan Penanganan Intensif

Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Gundala Wejasena, mengonfirmasi bahwa pasar hewan memang masih di tutup. Sebab dikhawatirkan ada penularan penyakit PMK. Namun apabila ada perintah untuk dibuka dari atasan dia akan membukanya.

“Kita kekurangan petugas vaksin. Untuk itu kita gelar pelatihan relawan vaksin. Vaksinnya ada, tapi petugasnya yang kurang,” terangnya.

Gundala menegaskan bahwa pihaknya tidak tahu sampai kapan penutupan pasar hewan berlangsung. Pihaknya tidak berani membuka sebelum ada perintah. Apalagi, sampai saat ini ada penyakit baru LSD(Lumpy Skin Disease) yang vaksinnya pun belum ada.

“Setelah divaksin PMK, kita tak berani vaksin LSD. Biasanya diobati saja. Banyak yang sudah sembuh,” tambahnya. (Lingkar Network | Subekan – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version